
Inflasi Mereda Tapi Jangan Senang Dulu!

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengingatkan inflasi di bulan Mei memang melemah secara bulanan tetapi masih ada ancaman yang mengintai. "Secara substansi dan fundamental, kemungkinan inflasi akan naik pada semester II karena demand pull inflation. Permintaan akan naik seiring membaiknya perekonomian dan pelonggaran mobilitas," tutur Faisal dalam laporannya Macro Brief: Inflation.
Inflasi yang datang dari push cost inflation juga masih mengancam karena naiknya komoditas pangan dan energi di pasar global. "Untuk makanan terutama yang bahan bakunya impor seperti kedelai dan gandum masih akan ada tekanan di bulan-bulan selanjutnya. Dan ini akan bergantung pada kondisi global juga," tutur Faisal.
Peringatan serupa juga dikeluarkan BPS. Harga komoditas strategis seperti tepung terigu dan kedelai sudah memberikan andil inflasi di Mei sebagai dampak meningkatnya harga di pasar internasional. Inflasi lebih besar bisa disumbang produk turunan mereka di bulan-bulan mendatang.
Faisal mengingatkan Indeks Harga Produsen dan Indek Harga Perdagangan Besar (IHPB) sudah berada di atas inflasi umum. "Ini menunjukkan bahwa risiko dari inflasi akibat pasokan diteruskan kepada sisi permintaan," tuturnya.
Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan inflasi Juli masih bisa melewati 0,2%. Indonesia memasuki tahun ajaran baru pada Juni-Juli. Momen tahunan tersebut biasanya akan mengerek inflasi.
"Juli ada sentimen libur sekolah dan masuk sekolah Juli-Agustus. Mungkin masih bisa di atas 0,2% ," ujar Andry.
Namun, dia mengatakan langkah pemerintah untuk menahan harga BBM dan tariff dasar listrik pada tahun ini setidaknya menahan laju inflasi. Keputusan pemerintah juga memberi ruang lebih bagi Bank Indonesia (BI) untuk tidak terburu-buru menaikkan suku bunga atau menaikkan suku bunga dalam jumlah besar. Bank Mandiri memperkirakan BI tidak akan menaikkan suku bunga melebihi 75 bps pada tahun ini.
Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana mengatakan tekanan inflasi kini jauh berkurang. Namun, inflasi kemungkinan akan tetap berada merangkak naik ke batas atas target BI yakni 2-4%.
"Risiko dari lonjakan inflasi mulai mereda kecuali jika ada goncangan besar lain di harga minyak global," tuturnya kepada CNBC Indonesia.
Wisnu menjelaskan dengan mulai meredanya inflasi, kemungkinan BI masih akan menahan suku bunga bulan ini dan baru akan mengerek suku bunga acuan di kuartal III tahun ini.
"Pulihnya permintaan dan faktor one-off seperti kenaikan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan biaya pendidikan akan membuat inflasi umum dan inti naik," tuturnya kepada CNBC Indonesia.
Inflasi inti melemah ke 2,58% (yoy) pada Mei dari 2,6% di April. Inflasi inti akan menjadi acuan BI dalam menentukan suku bunga acuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]