RI Untung Gede dari Komoditas, Masa Iya BBM Naik Pak Jokowi?

Redaksi, CNBC Indonesia
22 April 2022 06:10
Suasana bantaran kali Cideng, Roxy, Jakarta Barat (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Suasana bantaran kali Cideng, Roxy, Jakarta Barat (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Pemerintah telah memberikan sinyal untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, juga LPG 3 kg dan tarif listrik. Daya beli masyarakat diperkirakan akan tergerus, sehingga pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan terpukul.

Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menjelaskan, Indonesia yang merupakan penghasil komoditas yang komplit, dengan kuantitas yang besar sudah sepantasnya masyarakat juga merasakan dampak tersebut.

Alih-alih menaikan harga Pertalite, LPG, dan tarif listrik, pemerintah menurut Myrdal sebaiknya untuk tetap menjaga stabilitas harga LPG 3 kg, tarif dasar listrik dan Pertalite. Pasalnya, jika pemerintah melakukan kenaikan harga ketiga komoditas tersebut, tentu akan melemahkan daya beli masyarakat.

"Jika pemerintah melakukan kenaikan harga diesel, Pertalite, LPG 3 kg, dan tarif listrik dalam kurang dari tiga bulan ini, maka sama aja dengan melemahkan daya beli konsumen mayoritas domestik, sehingga belanja konsumsi rumah tangga bisa terpukul," jelas Myrdal kepada CNBC Indonesia.

"Saran saya, pemerintah untuk tetap menjaga stabilitas harga LPG 3 kg, tarif dasar listrik rumah tangga maupun bensin Pertalite, maupun diesel. Karena sama saja membuat masyarakat tidak merasakan apa-apa dari booming harga komoditas global saat ini," kata Myrdal melanjutkan.

Jika pemerintah tetap melakukan penyesuaian harga, menurut Myrdal inflasi domestik akan melonjak tajam, karena efek langsung maupun secondary effect akibat kebijakan kenaikan komoditas tersebut.

Maybank Indonesia, Inflasi diperkirakan akan menyentuh 4,20% (year on year) tahun ini jika harga LPG 3 kg, Pertalite, dan tarif listrik dinaikan. "Dampak inflasi masing-masing tambahan 1% kalau kenaikan 10% untuk tarif Pertalite, diesel, listrik, dan LPG 3 kg, dari target maybank indonesia 3,20%," tuturnya.



Seperti diketahui, setiap 1% kenaikan inflasi maka akan membuat perekonomian turun 0,21%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 diperkirakan mencapai 5,17%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada 2021 yang mencapai 3,69%.

"Dengan kondisi tersebut laju ekonomi domestik bisa sangat moderat. Apalagi kondisi tersebut kemungkinan akan membuat Bank Indonesia melakukan penyesuaian bunga moneter," tuturnya.

Lagi pula, menurut Myrdal adanya kebijakan bantuan langsung tunai (BLT) yang digelontorkan saat ini masih kurang efektif untuk mengurangi dampak negatif dari kenaikan harga barang-barang yang direncanakan pemerintah.

"Kalaupun ada kebijakan social safety net, dalam bentuk cash transfer (BLT), itu kurang efektif untuk menahan dampak negatif dari kenaikan harga barang-barang komoditas tersebut," tutur Myrdal.

Senada, Kepala Ekonom BCA David Sumual memproyeksikan inflasi di tahun ini dengan adanya kenaikan Pertalite, LPG 3 kg, dan tarif listrik akan menyentuh level 4% - 5%.

"Saya lihat kemungkinan bisa melebihi batas atas range yang ditetapkan pemerintah dan BI (3,5% plus minus 1%). Karena itu kan asumsinya waktu dibuat kondisi normal, tidak ada perang," jelas David kepada CNBC Indonesia.

Menurut David, yang paling sulit diukur dengan adanya wacana kenaikan harga Pertalite dan LPG 3 kg adalah ekspektasi harga, karena psikologi masyarakat jadi meningkatkan permintaan, karena khawatir harga naik.

Di Semester II-2022 ini, David juga menilai inflasi akan lebih tinggi, namun masih terjaga.

"Mungkin bulan ini saja sudah tinggi. Kemarin ada kenaikan PPN menjadi 11% dan Pertamax. Jadi, saya lihat inflasi di tahun ini bisa lebih 4% mengarah 5%," tuturnya.

Kendati demikian, tingginya inflasi di tahun ini, kata David akan masih bisa diimbangi dengan geliat daya masyarakat saat ini. Apalagi untuk masyarakat yang berpenghasilan dari sektor komoditas.

"Kalau harga komoditas naik, biasanya lihat di periode-periode yang lalu justru ekonomi cukup resilience atau kuat. Kita harapkan yang masyarakat bawah yang mungkin terdampak kenaikan harga, pemerintah masih memberikan bansos, seperti sekarang ada bansos lewat APBN dan mungkin ke depan masih dilakukan seperti itu," jelas David.

(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular