
'Setan' Inflasi Gentayangan! Kemiskinan Naik, KPR Mahal...

Kenaikan inflasi tidak hanya berimbas kepada masyarakat berpenghasilan rendah. Mereka yang berpenghasilan menengah pun bisa terimbas dari lonjakan inflasi. Salah satunya dalam bentuk ancaman kenaikan bunga pinjaman perbankan baik untuk pinjaman kendaraan, kredit usaha ataupun rumah.
Bank sentral biasanya akan menaikkan suku bunga acuan untuk meredam lonjakan inflasi. AS mencatatkan inflasi tahunan sebesar 8,5% per Maret 2022, atau lebih tinggi dari inflasi tahunan bulan sebelumnya sebesar 7,9%.
Hal ini berimbas pada kenaikan bunga pinjaman perbankan. Kekhawatiran ini sudah terjadi di Amerika Serikat (AS). Bunga kredit perumahan di AS merangkak naik seiring lonjakan inflasi di Negeri Paman Sam.
Tingkat hipotek atau KPR di AS untuk bunga tetap 30 tahun rata-rata berada di angka 4,72% pada pekan lalu. Angka ini tersebut lebih tinggi dibandingkan pada pekan sebelumnya yang berada di angka 4,67%. Kenaikan tingkat hipotek sudah melonjak 1,5% dalam waktu tiga bulan terakhir. Peningkatan tersebut juga menjadi yang tercepat sejak Mei 1994.
Hingga kini, Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan mereka di level 3,5% sejak Maret 2021. Namun, pasar memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25-50 bps pada tahun ini karena ekspektasi inflasi tinggi.
Dalam catatan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bunga KPR biasanya merespon cepat kenaikan suku bunga acuan. Saat BI melakukan pengetatan moneter secara agresif pada tahun 2018, bunga KPR juga naik cepat.
Pada periode Mei-November 2018, suku bunga acuan BI meningkat 50 bps dari 5,50% di Mei menjadi 6% di November. Pada periode yang sama, rata-rata bunga KPR naik dari 9,49% menjadi 10,70%.
Berdasarkan data OJK, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) rata-rata untuk KPR pada Januari 2022 ada di level 8,84%. Tingkat bunga tersebut bisa saja terkerek cepat jika BI menaikkan suku bunga tahun ini.
![]() |
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan kenaikan inflasi kemungkinan akan membuat BI menaikkan suku bunga acuannya. Sebagai dampaknya, bunga pinjaman perbankan pun akan meningkat.
"Yang terdampak kenaikan inflasi dan suku bunga acuan BI adalah KPR dengan bunga floating. Mungkin bisa naik 1-2% pada tahun 2022. Yang sekarang di 7,5% bisa menjadi 9,5%," tutur Bhima, kepada CNBC Indonesia.
Bhima menambahkan kenaikan bunga KPR akan menjadi hantaman kesekian bagi sector properti tahun ini. Sektor tersebut dikhawatirkan sudah terdampak oleh kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kenaikan harga barang konstruksi, serta perabotan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]