
Ini 'Badai Besar' yang Disebut Sri Mulyani! Ngeri...

Kenaikan suku bunga acuan tidak bisa terhindarkan karena The Fed bertanggung jawab untuk mengendalikan inflasi. Saat ini inflasi di Negeri Paman Sam sedang 'menggila'.
Pada Februari 2022, laju inflasi AS tercatat mencapai 7,9% secara tahunan (year-on-year/yoy). Ini menjadi rekor tertinggi sejak 1982.
Untuk mengerem laju inflasi, ekonomi harus dilambatkan. Jika 'roda' ekonomi mash berputar kencang, maka inflasi akan semakin tidak terkendali.
Inilah yang membuat suku bunga acuan sudah harus naik. Ketika suku bunga acuan naik, maka biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga dan dunia usaha akan lebih mahal. Ekspansi ekonomi melambat, permintaan pun melambat. Hasilnya tekanan inflasi diharapkan mereda.
Baca:Dadah Uang Murah... |
AS berstatus sebagai perekonomian terbesar dunia, negara terkaya di dunia, pusat keuangan dunia. Saat suku bunga AS bergerak naik, maka negara-negara lain mau tidak mau harus mengikuti.
Bank Indonesia (BI) memang belum menaikkan suku bunga acuan. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Maret 2022, Gubernur Perry Warjiyo dan rekan masih mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 3,5%.
Dengan tren suku bunga global yang bergerak ke utara, BI tentu tidak bisa terlalu lama menahan suku bunga acuan. Jadi kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate bukan lagi soal apakah akan naik tetapi kapankah bakal naik.
"BI kemungkinan masih mempertahankan posisinya hingga pertengahan tahun, saat risiko inflasi lebih nyata yaitu saat harga Bahan Bakar Minyak (BBM) mungkin sudah naik. Kemungkinan akan ada satu kali kenaikan pada kuartal III-2022 dan dua kali pada kuartal berikutnya sehingga pada akhir tahun BI 7 Day Reverse Repo Rate berada di 4,75%," papar laporan DBS.
Saat suku bunga acuan naik, maka suku bunga di level perbankan pasti bakal ikut terangkat. Pada Januari 2022, rata-rata suku bunga deposito rupiah tenor satu bulan di perbankan komersial adalah 2,92%. Hanya turun empat bps dibandingkan bulan sebelumnya, koreksi paling rendah sejak Desember 2019.
Suku bunga deposito memang masih turun, tetapi laju penurunannya mulai melandai. Sangat mungkin ini karena pasar melihat prospek suku bunga ke depan yang bakal naik.
Apabila nantinya bunga deposito benar-benar naik, maka suku bunga kredit pasti mengikuti. Dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat awam, misalnya bunga Kredit Pemilikan Rumah akan semakin tinggi. Papan, yang merupakan salah satu kebutuhan pokok, menjadi kian sulit dijangkau.
(aji/aji)