
Harta Karun Rp 500 T RI Laku di China, Ternyata Ini Sebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia ternyata memiliki 'harta karun' yang sangat potensial, bahkan dikabarkan memiliki potensi nilai ekspor mencapai Rp 500 triliun.
'Harta karun' yang dimaksud di sini yaitu komoditas sarang burung walet.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi sempat mengungkapkan pasar besar dari ekspor komoditas ini adalah China. Sayangnya, untuk menghasilkan angka sebesar itu tidak lah mudah.
"Kemungkinan success rate budidaya sarang burung itu di bawah 10%. Harus dipertimbangkan juga. Yang gagal banyak. Kalau kita lihat rumah burung Indonesia 100.000 lebih, yang berhasil 5.000, nggak semua rumah burung berhasil," kata Ketua umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI) Boedi Mranata kepada CNBC Indonesia, beberapa waktu lalu.
Ia menyebut, peluangnya kecil untuk bisa berhasil membuat produksi sarang burung walet. Alhasil, meski harga satu kilo gram (kg) mencapai Rp 30 juta, namun pengembangan komoditas ini memiliki tantangan besar.
"Banyak tantangannya. Jenis ini kita bisa kategorikan binatang liar, sebab dia nggak ada knowledge beri artificial beri makanan seperti ayam. Jadi tergantung alam, kalau alam rusak, maka produksi turun. Kita cari area yang masih bagus untuk produksi, ketika rusak, produksi turun. Jadi perlu dicari tempatnya," sebut Boedi.
Hal tersebut menjadi tantangan ketika Indonesia bakal mengekspornya ke luar negeri. Negara yang paling besar menyerap ekspor sarang burung walet dari Indonesia adalah China.
"Kandungan sarang burung walet ini sudah diakui banyak manfaatnya, masyarakat China menyadari itu, makanya permintaan dari sana besar, apalagi setelah masuk pandemi di mana kesadaran terhadap kesehatan makin besar," jelasnya.
Sayang, produksi di Pulau Jawa kian menurun akibat berkurangnya lahan, seperti hutan hingga gua. Padahal, itu merupakan habitat asli dari burung walet. Pergeseran itu sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
"Ada sejarah panjangnya, dulu sarang-sarang burung di gua. Mungkin 150 tahun yang lalu rumah-rumah kosong di daerah Gresik, Worosari, Purwodadi kemasukan burung walet. Kita kembangkan gimana beternak walet secara modern," jelas Boedi.
Kian hari, komoditas ini pun kian berkembang. Bahkan, Indonesia menjadi negara dengan jumlah produksi sarang burung walet terbesar di dunia, jumlahnya sekitar 75%.
"ProduksiĀ dari Pulau Jawa mulai turun, Sumatera pernah di masa emas, sekarang mulai turun. Sekarang larinya ke Kalimantan, Sulawesi kita harap nanti lari ke Irian tapi sampai sekarang belum ada rumah walet," sebut Boedi.
Lalu dengan luas 786.000 km², termasuk Papua Nugini dan bentang hutan yang juga luas, kenapa burung walet belum juga tiba di Papua?
"Dalam biologi ada namanya walls line seperti jarak antar pulau, Kalimantan dan Sulawesi sangat dekat, terutama Samarinda, Balikpapan ke Poso itu selat yang relatif nggak lebar. Sedangkan Sulawesi ke Irian itu jauh dan jelajah burung ada batasnya, kalau nggak sampai ke sana mungkin butuh waktu lama, ini tetap binatang liar," jelasnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Punya Harta Karun Bernilai Rp500 T, tapi Susah Diangkat
