
Pantas, Tantangan Berat Ini yang Bikin Jokowi Was Was...

Selain inflasi, perang dikhawatirkan akan menghambat pemulihan ekonomi global yang juga akan berimbas kepada ekonomi domestik. Perdagangan global yang sempat bergairah setelah pandemi bisa kembali terhantam karena perang membuat berkurangnya pasokan serta persoalan logistik.
Pada 15 Februari lalu, Direktur Pelaksana Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF), Kristalina Georgieva, mengatakan perang yang terjadi di Ukraina memberikan risiko yang signifikan ke kawasan tersebut dan ke perekonomian dunia.
Pada Januari lalu, IMF sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini menjadi 4,4% dibandingkan proyeksi yang diberikan sebelumnya 4,9%. Pemangkasan tersebut dilakukan karena adanya "hambatan" yang disebabkan penyebaran virus corona varian Omicron.
Kenaikan harga subsidi BBM juga telah melambungkan harga BBM sehingga dikhawatirkan bisa membebani APBN karena pembengkakan subsidi.
Harga minyak mentah sudah menembus US$100/barel lebih, jauh di atas harga ICP yang ditetapkan pemerintah dalam APBN 2022 sebesar US$63/barel.
Kenaikan harga minyak bisa membuat subsidi BBM pada tahun ini yang ditetapkan Rp 77,55 triliun membengkak berkali lipat. Pasalnya berdasarkan hitungan, setiap kenaikan harga minyak sebesar US$ 1 per barel, akan berdampak pada kenaikan subsidi LPG sekitar Rp 1,47 triliun, subsidi minyak tanah sekitar Rp 49 miliar, dan beban kompensasi BBM lebih dari Rp 2,65 triliun. Artinya, bisa berdampak pada kenaikan beban APBN sebesar Rp 4,17 triliun setiap kenaikan harga minyak US$ 1 per barel.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]