Satu Lagi Efek Perang Ukraina ke RI: Surat Utang Kurang Laku

Maesaroh, CNBC Indonesia
11 March 2022 16:30
Pengungkapan kejahatan UANG PALSU
Foto: Pengungkapan kejahatan uang palsu (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penawaran yang masuk dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Negara Syariah (SBSN) terus menurun dalam dua pekan terakhir.  Minat investor untuk membeli surat utang pemerintah Indonesia diperkirakan masih melemah karena faktor ketidakpastian di tengah kecamuk perang.

"Memang ada banyak ketidakpastian. Investor memilih wait and see. Kalau ada krisis dan ketidakpastian meninggi, investor biasanya juga akan mencari intsrumen yang aman seperti US Treasury," tutur Kepala Ekonom BCA David Sumual, kepada CNBC Indonesia, Kamis (10/3).

David mengatakan sikap wait and see investor bisa bertahan lama jika konflik Rusia dan Ukraina terus berkepanjangan. Di tengah kondisi ini, bagaimana pemerintah memitigasi ketidakpastian menjadi pegangan penting bagi investor untuk mengambil sikap.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kementerian Keuangan, penawaran yang masuk dalam lelang SUN pada 1 Maret hanya Rp 61,52 triliun. Jumlah ini adalah yang terendah sepanjang tahun ini. Bila ditarik ke tahun lalu, penawaran pada tanggal 1 Maret adalah yang terendah dalam dalam lima lelang terakhir atau 12 Oktober 2021 (Rp 50,15 triliun).

Pada lelang SUN terakhir, penawaran dari investor asing juga hanya tercatat Rp 4,37 triliun, terendah sepanjang tahun ini.


Sementara itu, pada lelang SBSN pada Selasa (8/3), penawaran yang masuk mencapai Rp 15,3 triliun, terendah sepanjang tahun ini. Tawaran yang masuk bahkan tidak sampai setengah dari lelang SBSN sebelumnya pada tanggal 22 Februari 2022 (Rp 33,51 triliun).

Rendahnya penawaran yang masuk membuat serapan utang pemerintah jauh di bawah target indikatifnya.

Pada lelang SUN tanggal 1 Maret, pemerintah hanya mengambil Rp 19 triliun, jauh di bawah target nya yakni Rp 20-30 triloiun. Sementara itu, pada lelang SBSN tanggal 8 Maret, pemerintah hanya mengambil Rp 6,2 triliun rupiah, di bawah target indikatifnya Rp 11 triliun.

"Ini sebenarnya persoalan musiman saja, bukan masalah struktural. Dari sisi fundamental, Indonesia masih cukup menarik,"ujarnya. Inflasi Indonesia, misalnya, masih rendah sehingga bunga riil masih tinggi.


David menjelaskan pengaruh perang terhadap pasar keuangan kemungkinan masih panjang. Pasalnya, meskipun perang nantinya berakhir tetapi proses perdamaian akan memakan waktu lama, terutama terkait negosiasi pasca perang.

"Kapan perang berakhir memang susah diperkirakan tetapi pada akhirnya market akan price in. Market pasti sudah mengantisipasi jika penyelesaian konflik akan lama,"tambahnya.

Dia mengingatkan ada satu kekhawatiran besar jika konflik berlanjut hingga mendekati winter. Musim dingin akan memperburuk situasi karena pada musim tersebut, permintaan energi naik. Perang dan musim dingin diperkirakan bakal semakin membuat harga-harga komoditas melambung dan menambah ketidakpastian.

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan rendahnya penyerapan surat utang pada lelang tidak hanya disebabkan kecilnya penawaran yang masuk. "Kami melihat likuiditas domestik masih sangat memadai, sehingga kami rasa tidak ada isu dari sisi likuiditas di tengah kredit yang membaik secara perlahan," tutur Irman.

Dia menambahkan pemerintah kemungkinan bisa mengurangi target penerbitan surat utang ke depan karena sisi penerimaan pemerintah sangat terbantu oleh harga komoditas yang terus meningkat terutama minyak dan batu bara.

Selain itu, potensi dari private placement Bank Indonesia juga cukup besar di tahun ini hingga Rp 224 triliun. Irman juga mengatakan likuiditas perbankan yang memadai diharapkan bisa menambah penawaran yang masuk ke lelang Selasa depan (15/3).

"Karena penerimaan pemerintah cukup baik jadi kalau yield-nya tidak masuk di appetite pemerintah akan lebih rendah yang dimenangkan," ujarnya.


Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Dwi Irianti Hadiningdyah mengatakan Indonesia masih menawarkan appetite yang menarik buat investor, termasuk dari sisi prospek ekonomi ataupun stabilitas nilai tukar rupiah. Namun, ketidakpastian akibat perang menahan minat investor untuk membeli surat utang.

Dia juga mengatakan pemerintah memutuskan hanya mengambil Rp 6,2 triliun dari bids yang masuk  pada lelang SBNS terakhir karena yield yang diminta investor terlalu tinggi.

"Kita harus lihat spread yield juga, disesuaikan dengan target kita. Saya rasa penurunan (bids) ini hanya temporer, ini akan membaik lagi," ujar Dwi.

Pemerintah akan melaksanakan lelang SUN pada Selasa (15/3) mendatang. Ada tujuh series yang ditawarkan yaitu PN03220615 (New Issuance), SPN12230303 (Reopening), FR0090 (Reopening), FR0091 (Reopening), FR0093 (Reopening), FR0092 (Reopening), dan FR0089 (Reopening). Target indikatif yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 10-20 triliun. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular