Satu Lagi Efek Perang Ukraina ke RI: Surat Utang Kurang Laku

Maesaroh, CNBC Indonesia
11 March 2022 16:30
Gedung Kementerian Keuangan (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Gedung Kementerian Keuangan (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan rendahnya penyerapan surat utang pada lelang tidak hanya disebabkan kecilnya penawaran yang masuk. "Kami melihat likuiditas domestik masih sangat memadai, sehingga kami rasa tidak ada isu dari sisi likuiditas di tengah kredit yang membaik secara perlahan," tutur Irman.

Dia menambahkan pemerintah kemungkinan bisa mengurangi target penerbitan surat utang ke depan karena sisi penerimaan pemerintah sangat terbantu oleh harga komoditas yang terus meningkat terutama minyak dan batu bara.

Selain itu, potensi dari private placement Bank Indonesia juga cukup besar di tahun ini hingga Rp 224 triliun. Irman juga mengatakan likuiditas perbankan yang memadai diharapkan bisa menambah penawaran yang masuk ke lelang Selasa depan (15/3).

"Karena penerimaan pemerintah cukup baik jadi kalau yield-nya tidak masuk di appetite pemerintah akan lebih rendah yang dimenangkan," ujarnya.


Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Dwi Irianti Hadiningdyah mengatakan Indonesia masih menawarkan appetite yang menarik buat investor, termasuk dari sisi prospek ekonomi ataupun stabilitas nilai tukar rupiah. Namun, ketidakpastian akibat perang menahan minat investor untuk membeli surat utang.

Dia juga mengatakan pemerintah memutuskan hanya mengambil Rp 6,2 triliun dari bids yang masuk  pada lelang SBNS terakhir karena yield yang diminta investor terlalu tinggi.

"Kita harus lihat spread yield juga, disesuaikan dengan target kita. Saya rasa penurunan (bids) ini hanya temporer, ini akan membaik lagi," ujar Dwi.

Pemerintah akan melaksanakan lelang SUN pada Selasa (15/3) mendatang. Ada tujuh series yang ditawarkan yaitu PN03220615 (New Issuance), SPN12230303 (Reopening), FR0090 (Reopening), FR0091 (Reopening), FR0093 (Reopening), FR0092 (Reopening), dan FR0089 (Reopening). Target indikatif yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 10-20 triliun. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular