
Ini Bukti Sri Mulyani Kipas-kipas Duit dari Batu Bara Dkk!

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan harga komoditas membuat penerimaan Bea Keluar (BK) moncer pada awal tahun ini. Bulan lalu, penerimaan BK mencapai Rp 3,29 triliun, melonjak 161% dibandingkan Februari 2021 (Rp 1,26 triliun).
Secara akumulatif, penerimaan BK pada Januari-Februari 2022 menembus Rp 6,57 triliun. Melonjak 177,3% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu (Rp 2,37 triliun).
Komoditas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan turunannya masih menjadi tulang punggung penerimaan BK. Menariknya, penerimaan BK yang tinggi itu terjadi di tengah pemberlakuan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) untuk semua produsen minyak goreng. Kebijakan DMO dan DPO diberlakukan sejak 14 Februari 2022.
Semula, kebijakan tersebut dikhawatirkan bakal menurunkan ekspor karena pemenuhan kebutuhan domestik. Namun, data Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan menunjukkan penerimaan BK dari semua komponen CPO dan turunannya naik kecuali untuk minyak goreng dan turunan lainnya.
Secara keseluruhan, BK dari CPO dan turunannya menyumbang penerimaan sebesar Rp 2,71 triliun pada Februari 2022, lebih besar dari bulan sebelumnya yang tercatat Rp 2,48 triliun. Penerimaan BK dari CPO tercatat Rp 324,38 miliar, naik 42,4% dibandingkan Januari 2022 (Rp 227,8 miliar). Penerimaan BK dari bengkil dan kernel pada Februari 2022 tercatat Rp 315,7 miliar, naik dibandingkan Januari 2022 (Rp 258,4 miliar).
Penerimaan BK dari turunan CPO mencapai Rp 2,07 triliun atau meningkat tipis 3,7% dibandingkan bulan sebelumnya (Rp 1,99 triliun). Sementara itu, penerimaan BK dari minyak goreng turun 35% pada Februari 2022 menjadi Rp 653,9 miliar dari Rp 998,9 miliar bulan sebelumnya.
Produk turunan CPO lainnya menyumbang penerimaan negara sebesar Rp 540,34 miliar, turun dibandingkan Januari 2022 yang tercatat Rp 717,2 miliar. Sebagai catatan, pada Februari 2022 harga referensi CPO naik 0,54% (month-to-month) menjadi US$ 1.314,78 /MT, dengan tarif BK CPO US$ 200/MT (tarif maksimal).
Sementara itu, penerimaan BK dari komoditas mineral tercatat Rp Rp 562, 8 miliar, turun 30% dibandingkan yang tercatat di bulan Januari Rp 798,4 miliar. Penurunan lebih karena berkurangnya volume ekspor tembaga yang dikirim PT Freeport Indonesia. Sebagai mana diketahui, Freeport merupakan eksportir terbesar tembaga dari Indonesia.
Pada Februari 2022, Freeport Indonesia menyetor BK sebesar Rp 318,9 miliar, lebih rendah dibandingkan pada Januari 2022 (Rp 518,5 miliar). Volume tembaga yang diekspor Freeport pada Februari 2022 hanya 245 ribu ton sementara bulan sebelumnya 154 ribu ton.
Penerimaan BK dari bauksit tercatat Rp 133,3 miliar di Februari, naik dibandingkan di bulan Januari Rp 92,44 miliar. Kemudian penerimaan dari biji kakao tercatat Rp 1,9 miliar, turun dibandingkan di Januari (Rp 3,8 miliar). Penerimaan BK dari kayu dan kulit juga turun menjadi Rp 15 miliar pada Februari 2022 dari Rp 7,51 miliar pada bulan sebelumnya.
Masih besarnya penerimaan BK pada Februari membuktikan lonjakan harga komoditas di pasar global yang dipicu perang Rusia-Ukraina masih membantu penerimaan negara. Bahkan, kebijakan DMO dan DPO pun belum mampu menghadang laju penerimaan BK dari komoditas Indonesia.
"Invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan harga komoditas dunia meningkat tajam. Peningkatan harga komoditas terutama CPO dan batu bara dapat berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi sejalan dengan meningkatnya ekspor komoditas," tutur kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam laporannya berjudul Ekonomi Indonesia di tengah Gejolak Rusia dan Ukraina.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae) Next Article Daftar Negara yang Dikecualikan dari Bea Masuk Pakaian Impor