
Makin Mahal Harga Minyak Cs, APBN Makin Cuan?

Di luar cerita muram akan adanya kenaikan subsidi BBM, lonjakan harga komoditas juga menjadi berkah karena bisa mendongrak penerimaan negara. Penerimaan negara baik pajak ataupun bukan pajak akan ikut naik seiring kenaikan harga komoditas karena pemerintah menerima setoran negara labih besar dari bea keluar, royalti, ataupun penerimaan pajak.
Kenaikan harga komoditas juga akan membuat banyak perusahaan berbasis komoditas untung sehingga setoran pajak mereka dalam bentuk pajak penghasilan pun ikut naik.
Kenaikan harga komoditas juga diharapkan bisa mendongkrak pertumbuhan dan konsumsi masyarakat yang mengandalkan penghasilannya dari komoditas, seperti Sumatera dan Kalimantan. Dengan demikian, penerimaan negara dari setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) akan ikut naik.
Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijnatoro mengatakan nilai ekspor komoditas akan naik dua kali lipat tahun ini ke level US$172 miliar. Kenaikan ini terutama didorong membaiknya ekspor batu bara, CPO, dan nikel.
Dengan harga nikel yang mendekati US$50.000/ton maka ekspor nikel untuk tahun ini bisa melebihi batu bara. "Kenaikan harga nikel membuat pelaku industri di sektor tersebut bisa menyumbang lebih kepada penerimaan negara," ujar Satria.
Bukti sahih betapa komoditas berpengaruh besar terhadap penerimaan tercermin dari tahun lalu. Untuk pertama kalinya sejak 2008, penerimaan pajak melampaui target pada 2021. Lonjakan penerimaan juga terjadi di bea keluar yang mengandalkan setoran ekspor dari CPO dan tembaga.
Pada 2021, penerimaaan negara dari bea keluar tercatat Rp 34,6 triliun angka tersebut setara dengan 1.933% dari target. Sementara itu, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tercatat Rp 451,98 triliun, 151,6% dari target.
Dalam APBN 2022 disebutkan bahwa setiap kenaikan harga minyak US$ 1/barel akan menambah penerimaan Rp 3 triliun, masing-masing Rp 0,8 triliun dari pajak dan Rp 2,2 triliun PNBP. Dengan kenaikan harga komoditas yang diperkirakan masih berlanjut, pemerintah mungkin masih bisa bernafas lagi tahun ini karena penerimaan negara yang masih kinclong.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]