Jika Minyak US$ 300/Barel: Utang RI Bengkak, Rupiah Tumbang!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 March 2022 07:45
Ilustrasi Investasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Investasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Dampak lain yang bisa dirasakan Indonesia adalah tingginya biaya impor minyak. Maklum, Indonesia adalah negara net importir minyak karena produksi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor minyak mentah sepanjang 2021 adalah US$ 7,05 miliar. Melonjak 107,96% dibandingkan tahun sebelumnya.

Jika harga minyak semakin mahal maka bisa dipastikan biaya impor ikut terdongkrak. Ini akan semakin menekan transaksi berjalan (current account) Indonesia.

Pada 2021, neraca migas Indonesia mengalami defisit US$ 12,96 miliar. Jauh lebih dalam ketimbang 2020 yang defisit US$ 5,39 miliar.

Untungnya pos lain mampu menutup defisit neraca migas sehingga keseluruhan transaksi berjalan sepanjang 2021 bisa surplus US$ 3,33 miliar. Ini menjadi surplus transaksi berjalan pertama sejak 2011.

Namun kalau harga minyak naik terus, apalagi tembus US$ 300/barel, maka bisa dipastikan neraca migas Indonesia bakal kian 'jebol'. Belum lagi kenaikan harga minyak tentu akan ikut mengangkat biaya logistik, yang akan membuat defisit neraca jasa-jasa akan semakin parah karena kenaikan biaya pengangkutan (freight).

Sepanjang 2021, neraca jasa-jasa Indonesia mengalami defisit US$ 14,78 miliar. Lebih dalam ketimbang 2020 yang minus US$ 3,73 miliar.

Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan pasokan valas dan ekspor-impor barang dan jasa. Pasokan valas dari transaksi berjalan lebih berdimensi jangka panjang, lebih awet ketimbang arus modal dari pasar keuangan alias hot money.

Oleh karena itu, transaksi berjalan menjadi fondasi penting bagi stabilitas nilai tukar mata uang. Ketika transaksi berjalan sehat, maka mata uang menjadi lebih kuat, tidak mudah 'digoyang'.

Namun saat transaksi berjalan ambles, maka mata uang menjadi pesakitan. Mudah melemah, mudah terombang-ambing oleh sentimen eksternal. Risiko inilah yang bisa dihadapi rupiah, andai harga minyak benar-benar mencapai US$ 300/barel.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular