
Siap-siap RI, Migas Sampai Emas Terancam Langka Imbas Perang

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Rusia dan Ukraina belum menunjukan tensi yang melemah. Panasnya konflik di kedua negara ini dinilai akan memiliki dampak bagi sejumlah komoditas, bahkan bisa mengalami kelangkaan.
Maklum saja, salah satu alasan kelangkaan sejumlah komoditas terjadi lantaran Rusia selama ini dikenal sebagai eksportir dan negara produsen beberapa komoditas kunci untuk ekosistem industri global.
Melansir Reuters, berikut beberapa komoditas yang berpotensi terancam pasokannya akibat konflik antara Rusia dan Ukraina:
Minyak Bumi
Rusia saat ini merupakan negara produsen minyak bumi terbesar ketiga di dunia, setelah Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi. Produksi minyak bumi Rusia kini mencapai 11 juta barel per hari.
Dari jumlah produksi tersebut, sekitar 7 juta barel minyak rutin diekspor Rusia ke berbagai negara. Konflik berkepanjangan bisa mengganggu rantai pasok komoditas ini.
Gas
Selain dikenal sebagai penghasil minyak bumi, Rusia juga menjadi negara penghasil gas alam terbesar kedua di dunia saat ini. Pasokan gas bumi dari Rusia bahkan memenuhi 40% kebutuhan komoditas ini di Benua Eropa.
Batu Bara
Rusia adalah negara terbesar keenam yang memproduksi batu bara. Jumlah produksi emas hitam dari Rusia kini mencapai 400 juta ton per tahun, atau setara 5% produksi batu bara global. Lebih dari separuh hasil produksi batu bara tersebut kerap diekspor Rusia ke berbagai negara, termasuk Cina sebagai importir utama.
Aluminium
Sepanjang 2021 lalu Rusia memproduksi 3,8 juta ton aluminium atau setara 6% jumlah produksi aluminium global. Aluminium yang diproduksi Rusia banyak diekspor ke negara di Asia, Eropa, dan Amerika Utara.
Kobalt
Rusia juga diprediksi memiliki tingkat produksi kobalt mencapai 7.600 ton per tahun di 2021 lalu. Produksi ini setara 4% dari total kobalt yang dihasilkan dunia sepanjang tahun lalu.
Produsen kobalt terbesar di Rusia adalah Nornickel. Perusahaan ini sepanjang 2021 sudah menjual lebih dari 5 ribu ton kobalt, yang mayoritas dikirim ke negara-negara eropa.
Tembaga
Rusia memproduksi 920 ribu ton tembaga olahan tahun lalu, sekitar 3,5% dari total dunia, menurut USGS. Dari jumlah tersebut, sebanyak 406.841 ton tembaga diproduksi Nornickel. Tembaga produksi Rusia banyak diekspor ke Asia dan Eropa.
Nikel
Nornickel juga dikenal sebagai produsen nikel olahan terbesar di dunia dari Rusia. Perusahaan ini menghasilkan 193.006 ton nikel pada 2021 atau sekitar 7% dari produksi tambang global yang diperkirakan mencapai 2,7 juta ton. Nikel produksi mereka dijual kepada konsumen industri global di bawah kontrak jangka panjang.
Paladium dan Platinum
Nornickel juga merupakan produsen paladium terbesar di dunia dan produsen utama platinum. Perusahaan ini menghasilkan 2,6 juta troy ounce paladium tahun lalu atau 40% dari produksi tambang global dan 641.000 ons platinum atau sekitar 10% dari total produksi tambang.
Emas
Rusia juga dikenal sebagai produsen emas ketiga terbesar di dunia setelah Australia dan China. Produksi emas negara ini setara 10% pasokan emas global.
Emas Rusia banyak diproduksi oleh dua perusahaan yaitu Polyus dan Plymetal. Emas produksi Rusia banyak dijual ke bank-bank komersial di negara itu. Setelahnya, emas tersebut kerap diekspor ke negara lain.
Titanium
Menurut data USGS, produksi Titanium Rusia sepanjang 2021 mencapai 27 ribu ton. Kemudian, jumlah produksi Titanium Ukraina pada saat yang sama adalah 5.400 ton. Jika dijumlah, produksi titanium kedua negara ini setara 15% pasokan komoditas ini secara global.
Baja
Rusia memproduksi 76 juta ton baja atau hampir 4% dari total global, menurut Asosiasi Baja Dunia. Severstal, NLMK, Evraz, MMK dan Mechel adalah produsen baja utama Rusia. Mereka mengekspor sekitar setengah dari produksi mereka terutama ke Eropa.
Berlian
Perusahaan Rusia Alrosa adalah produsen berlian kasar terbesar di dunia, menghasilkan 32,4 juta karat pada 2021. Jumlah ini setara 30% produksi berlian global. Hasil produksi berlian ini diekspor sebagian besar ke Belgia, India dan Uni Emirat Arab.
Pupuk
Rusia adalah produsen utama kalium, fosfat dan nitrogen yang mengandung pupuk - nutrisi tanaman dan tanah utama. Negara ini menghasilkan lebih dari 50 juta ton per tahun pupuk, 13% dari total global. Rusia kerap mengekspor pupuk produksinya ke Asia dan Brasil.
Biji-bijian/Biji Minyak
Rusia dan Ukraina merupakan pemasok gandum utama dunia. Jika dihitung, jumlah produksi gandum dua negara ini mencapai 29% dari ekspor global, yang sebagian besar dilakukan via pelabuhan di Laut Hitam.
Pergerakan kapal di Laut Azov yang lebih kecil telah ditangguhkan dan jika pengiriman terganggu dari Laut Hitam itu akan mengganggu pasokan untuk para importir utama, terutama di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Ukraina adalah salah satu dari empat eksportir jagung dan tepung jagung teratas di dunia bersama dengan Amerika Serikat, Argentina dan Brasil. Kedua negara juga menyumbang sekitar 80% dari ekspor global minyak bunga matahari.
Jika memang gangguan pasokan itu terjadi, tentunya akan juga berdampak kepada Indonesia, khususnya kepada impor minyak meskipun Indonesia tidak langsung mengimpor minyak dari Rusia. Hanya saja sebagian besar migasdĀ Rusia di ekspor ke negara pengekspor migas RI.
Seperti yang diketahui, sebagai negara net importir atau pengimpor minyak. Yang menurut data SKK Migas, Indonesia tercatat mengimpor minyak sebanyak 500 ribu barel.
"Mengingat ketergantungan BBM sangat besar, Indonesia berpotensi terjadi krisis energi di tengah kelangkaan pasokan dan harga sangat mahal," ungkap Pengamat Energi dan Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/3/2022).
Fahmy mengatakan, fluktuasi harga minyak dunia uncomfortable by Pemerintah. Oleh karena itu, langkah controllable yang bisa dilakukan satu-satunya dengan meningkatkan lifting Migas. Yang mana pemerintah saat ini memiliki target 1 juta barrel minyak per hari.
Selain itu, pemerintah juga harus mempercepat pembangunan kilang untuk mengurangi ketergantungan impor pasokan minyak mentah dan BBM impor.
"Sebagai net importer ketergantungan terhadap crude dan BBM impor sangat tinggi. Solusinya adalah mengurangi ketergantungan dengan meningkatkan produksi crude dan BBM," tandas Fahmy.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ibu Kota Baru RI Dikepung 'Harta Karun' Bernilai Fantastis
