Tak Semua Soal Covid-19 Kabar Buruk, Ada Secercah Harapan!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 February 2022 07:15
Matahari Department Store
Foto: Matahari Department Store (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Di tengah-tengah kabar buruk yang membanjir soal Covid-19, terutama varian Omicron, masih ada secercah harapan. Tidak semua kabar adalah kabar buruk, berita baik pun tidak bisa dibilang sedikit.

Peningkatan jumlah kasus positif harian tidak sebanding dengan tingkat kematian. Pada Desember 2021 ke Januari 2022 rata-rata kasus positif meroket 1.336,38%. Akan tetapi rata-rata kasus kematian dalam periode yang sama malah turun 22,22%.

Meski begitu, satu nyawa tetap sangat berharga, bahkan tidak bisa terbayar dengan apapun. Kehilangan satu nyawa sudah terlalu banyak.

Berdasarkan standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pandemi virus corona di Ibu Pertiwi juga masih bisa dibilang relatif terkendali. Ini dicerminkan dari angka penularan komunal (Community Transmission/CT) yang masih di angka satu.

Kasus per 100.000 populasi per minggu di Indonesia masih di angka 6,73. Kemudian hospitalisasi per 100.000 penduduk per minggu adalah 0,71. Lalu kematian per 100.000 populasi per minggu adalah 0,02. Seluruhnya masih di CT1.

Pemerintah juga terus mengebut pelaksanaan vaksinasi. Vaksin diharapkan mampu membangun ketahanan tubuh untuk melawan serangan virus corona.

Target sasaran vaksinasi nasional adalah 208,26 juta jiwa. Per 31 Januari 2022, jumlah penduduk yang sudah menerima vaksin dosis pertama adalah 184,68 juta jiwa atau 88,68% dari target.

Kemudian yang sudah mendapatkan vaksin hingga dosis kedua adalah 128,03 juta jiwa atau 61,48%. Sementara yang sudah mendapatkan vaksin dosis ketiga (booster) berjumlah 4,22 juta orang atau 2,03%.

Vaksin terbukti mampu meningkatkan kekebalan tubuh dan menekan risiko gejala berat bahkan kehilangan nyawa. Di Swiss, misalnya, tingkat kematian mingguan per 100.000 orang di antara populasi yang belum divaksin adalah 13,06. Sementara bagi yang sudah mendapatkan vaksin dua dosis angkanya hanya 1,44. Bagi yang sudah menerima vaksin dosis ketiga, angkanya lebih rendah lagi yakni 0,27.

Kabar baik lain datang dari Amerika Serikat (AS). Laporan dari US Centers for Disease Control and Preventions (CDC) menyebut virus corona varian Omicron tidak menyebabkan dampak separah varian Delta.

Menurut laporan CDC, tingkat perawatan di ICU saat gelombang serangan Omicron di Negeri Paman Sam saat ini sekitar 29% lebih rendah ketimbang musim dingin lalu. Dibandingkan saat gelombang serangan varian Delta, tingkat perawatan di ICU lebih rendah 26%.

Saat ini Omicron menjadi varian paling dominan di AS, menggeser Delta. Varian dominan itu kini sudah lebih 'jinak', ancaman terhadap nyawa lebih kecil.

Selama periode 19 Desember 2021-15 Januari 2022, saat serangan Omicron memuncak di AS, angka kematian rata-rata adalah sembilan orang per 1.000 kasus positif. Lebih sedikit ketimbang saat serangan varian Delta yaitu 13 per 1.000 kasus positif.

"Tingkat keparahan yang lebih rendah kemungkinan besar disebabkan oleh cakupan vaksinasi yang kini lebih luas. Booster juga memberikan pertahanan lebih," sebut laporan CDC.

Menurut CDC, kejadian ini tidak hanya dialami di AS. Afrika Selatan, Inggris, dan Skotlandia juga mengalami hal serupa.

Varian Omicron yang kini menjadi varian dominan menjadi bukti awal bahwa Covid-19 makin lama akan makin 'jinak'. Ini menjadi harapan bahwa pandemi Covid-19 akan berakhir dan statusnya mengalami 'degradasi' menjadi endemi.

Halaman Selanjutnya --> Ekonomi Jangan 'Dikunci'

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular