
Terungkap! Ini yang Bikin Gejala Omicron Tak Separah Delta

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat hingga Rabu (26/1/2022), ada 1.766 kasus infeksi Covid-19 varian omicron di Indonesia. Sebagian besar dilaporkan mengalami gejala ringan menyerupai flu biasa.
Hal ini berbeda dengan gejala varian Delta. Diketahui gejala yang diamani pasien Delta berupa demam, batuk, sesak nafas, kelelahan nyeri otot, sakit kepala, kehilangan indra penciuman (anosmia)), sakit tenggorokan, muntah, diare hingga hidung tersumbat atau pilek.
Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlina Burhan mengungkapkan dari studi HKUMed Hong Kong menyebutkan varian omicron memiliki laju infeksi dan replikasi di bronkus (saluran pernafasan) 70 kali lebih tinggi dari varian Delta dan varian awal.
"Ini lah kenapa gejala-gejala omicron itu banyaknya berurusan dengan saluran nafas. Apa itu, batuk, nyeri tenggorok, gatal di tenggorok, kemudian hidung tersumbat, pilek atau rinore," ujarnya dalam Seminar Daring berjudul "Super-immunity and Implication on New Variant of Covid-19", dikutip Kamis (27/1/2022).
Sementara itu laju infeksi dan replikasi Omicron pada paru dilaporkan 10 kali lebih rendah dari varian awal. Itulah sebabnya jarang ditemui gejala seperti sesak napas dan demam tinggi.
"Inilah yang bisa menjelaskan kenapa gejala-gejala yang melibatkan radang di paru seperti sesak nafas, demam yang tinggi, itu kurang karena memang replikasi di jaringan paru 10 lebih rendah dibandingkan yang lain," jelas Erlina.
Berdasarkan Laporan CDC Desember 2021, berikut beberapa gejala omicron ditemukan adalah:
- Batuk 89%
- fatique 65%
- Hidung tersumbat atau rirone 59%
- Demam 38%
- Mual atau muntah 22%
- Sesak nafas 16%
- Diare 11%
- Anosmia atau ageusia 8%.
Meski bergejala ringan, varian omicron tidak bisa dianggap remeh. Pasalnya, Covid-19 varian baru ini memiliki dalam penularan yang lebih cepat dari varian Delta dan varian-varian sebelumnya. Ini bisa berdampak pada layanan sistem kesehatan di Indonesia.
Data Kemenkes menunjukkan adanya peningkatan beban rumah sakit mulai bertambah. Tingkat keterisian ranjang rumah sakit (Bed Occupancy Rate/BOR) terus meningkat.
Kementerian Kesehatan mencatat BOR rumah sakit nasional per 26 Januari 2022 adalah 9,77%, naik dari hari sebelumnya 8,89%. Tertinggi ada di Jakarta (38%), disusul oleh Banten (14%), Jawa Barat (9%), Sulawesi Utara (9%), Bali (7%), Sulawesi Barat (6%), Yogyakarta (5%), Sumatera Selatan (5%), Nusa Tenggara Barat (4%), dan Aceh (4%).
Erlina Burhan menambahkan walaupun sebagian besar Omicron ini ringan-ringan saja tetapi bagi para lansia, bagi para yang orang yang belum pernah divaksin, bagi yang punya komorbid dan anak-anak terutama yang belum divaksin akan lebih berat
"Kita mendengarkan laporan kematian dari Inggris, AS, Jerman, Belanda terus ada setiap harinya karena Omicron ini sebagian kecil menimbulkan keparahan penyakit. Jadi dikatakan antara 0,03% hingga 1%," jelasnya.
Oleh karena itu vaksinasi harus terus digencarkan, masyarakat yang belum divaksin harus segera divaksin penuh. Mereka yang sudah divaksin penuh enam bulan sebelumnya harus segera disuntik booster vaksin.
"Vaksinasi tetap penting, omicron ini bisa dilumpuhkan oleh antibodi dan kemampuannya lebih tinggi pada pasien yang telah divaksin," terangnya.
(roy/dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Apakah Seseorang Bisa Tertular Delta & Omicron Sekaligus?
