Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia masih terkendali. Namun kehadiran varian omicron patut diwaspadai karena bisa mengubah peta permainan.
Dalam laporan edisi 15 Desember 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai situasi pandemi Covid-19 di Tanah Air masih terkelola dengan baik. Rantai penularan virus corona berada di level rendah.
"Seluruh provinsi berada di level penularan komunitas yang rendah (CT1) pada pekan 6-12 Desember 2021. Artinya, risiko tertular Covid-19 di tingkat publik rendah dalam 14 hari terakhir," sebut laporan WHO.
 Sumber: WHO |
Rendahnya level penularan komunitas juga terlihat dari angka kematian yang semakin menurun. Pada pekan 6-12 Desember 2021, angka kematian di seluruh provinsi kurang dari satu orang per 100.000 populasi.
 Sumber: WHO |
Selain itu, WHO juga mencatat rasio temuan kasus positif terhadap jumlah tes (positivity rate) masih rendah, bertahan di bawah 2%. Sebagai catatan, WHO menetapkan ambang batas positivity rate maksimal 5% untuk bisa menyebut pandemi terkendali.
"Angka positivity rate reliabel kala jumlah orang yang dites adalah satu dari 1.000 populasi per minggu. Sejak pertengahan Mei 2021, tingkat tes di Indonesia bertahan di atas satu orang per 1.000 populasi. Dalam tiga bulan terakhir, rasionya adalah lebih dari empat orang per 1.000 populasi," ungkap laporan WHO.
 Sumber: WHO |
Halaman Selanjutnya --> Omicron Berujung Lockdown
Namun bukan berarti semua baik-baik saja. Pada 10 Desember 2021, WHO menerbitkan pembaruan terhadap upaya penanggulangan virus corona varian omicron kepada negara-negara anggotanya, termasuk Indonesia.
WHO menilai ada empat hal yang harus dilakukan agar penyebaran virus corona varian omicron tidak menjadi gelombang serangan baru, yaitu:
- Meningkatkan tes dan upaya pencegahan.
- Mempercepat dan memperluas cakupan vaksinasi, terutama di kelompok rentan seperti lansia dan mereka yang belum memperoleh vaksin anti-virus corona.
- Terus melakukan upaya medis (testing, tracing, treatment).
- Memberlakukan kebijakan berbasis risiko untuk pelaku perjalanan internasional.
Penyebaran varian omicron memang tidak main-main. Varian yang kali pertama terdeteksi di Afrika Selatan ini membuat kasus positif di berbagai negara mengalami lonjakan.
Akibatnya, sejumlah negara telah dan akan memperketat pembatasan sosial (social distancing). Akhir pekan lalu, pemerintah Belanda resmi memberlakukan karantina wilayah alias lockdown. Di Rotterdam, aparat keamanan bertindak tegas dengan menembakkan meriam air kepada para sekitar 1.000 suporter yang berkerumun menantikan laga klasik sepakbola Feyenoord melawan Ajax Amsterdam. Sejak akhir bulan lalu, penonton sudah tidak diizinkan untuk menyaksikan bal-balan di stadion.
Lockdown di Belanda sangat ketat. Tidak boleh ada kumpul-kumpul lebih dari dua orang di luar ruangan. Bar, restoran, juga harus menutup pintu bagi pelanggan yang ingin makan-minum di tempat.
Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson membuka opsi untuk menerapkan pembatasan sosial yang ketat. "Saya harus mengatakan kepada rakyat Inggris, kepada semua orang, kami tidak akan mengesampingkan pemberlakuan kebijakan yang lebih jauh demi melindungi publik," kata Johson, seperti dikutip dari Reuters.
Apakah pemerintah Inggris akan membatasi kegiatan pariwisata pada musim liburan Hati Natal-Tahun Baru?
"Kami bisa menerapkan segala kebijakan. Kami tidak akan membuat mengesampingkan seluruh kemungkinan," tegas Johnson.
TIM RISET CNBC INDONESIA