Ekonomi China Melambat, Bencana Buat Indonesia?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
19 January 2022 10:49
In this April 14, 2020, photo released by China's Xinhua News Agency, a worker wears a facemask as he monitors cargo being unloaded from a container ship at a port in Lianyungang in eastern China's Jiangsu Province. China has reported its biggest economic decline since the 1970s as it fought the coronavirus in the first quarter of the year. (Geng Yuhe/Xinhua via AP)
Foto: Seorang pekerja mengenakan masker memantau kargo yang diturunkan dari kapal kontainer di pelabuhan di Lianyungang di Provinsi Jiangsu, China timur, (14/4/2020). (Geng Yuhe/Xinhua via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - China mencatat pertumbuhan ekonomi 8,1% year-on-year (yoy) sepanjang 2021. Ini merupakan peningkatan tercepat sepanjang satu dekade.

Saat pertumbuhan ekonomi China melesat, Indonesia bak ketiban durian runtuh. Ini karena pertumbuhan nilai impor China dari Indonesia meroket 70,6% pada periode Januari hingga November 2021 menjadi US$ 56,5 miliar. Pertumbuhan impor ini jadi yang tertinggi diantara negara lain.

Pertumbuhan nilai impor China dari Indonesia yang tinggi terdorong oleh harga komoditas yang meroket sepanjang 2021. Sebab, China gemar mengimpor hasil alam dari Indonesia. Komoditas besi, batu bara, dan minyak kelapa sawit jadi paling favorit.

Sayangnya, pertumbuhan ekonomi China diproyeksi akan melambat pada tahun 2022. Dari 8,1% yoy, ekonomi Negeri Panda diprediksi akan melorot 2,9 basis poin (bps) menjadi 5,2% yoy.

Jika ekonomi China melambat, Indonesia pun bisa terkena dampak. Pasalnya ekspor ke China dominan dengan sumbangan 23,97% dari total ekspor nonmigas.

Diperkirakan akan ada degradasi volume ekspor Indonesia. Terlebih lagi China menguasai komoditas ekspor strategis Indonesia seperti batu bara dan sawit.

Derita Indonesia tak sampai di situ, produksi komoditas yang mulai pulih, normalisasi krisis rantai pasokan global, dan kenaikan suku bunga The Fed dapat membuat harga komoditas lesu di tahun 2022.

Harga batu bara dunia diperkirakan akan menguat hingga awal tahun 2022 berdasarkan laporan Bank ANZ. "Pasokan global terbatas dan permintaan solid dari Asia akan mendorong harga batu bara pada tahun 2022. Saat dunia pulih dari resesi, permintaan diperkirakan akan menguat, terutama di negara-negara di mana batu bara masih menjadi sumber energi yang signifikan," kata laporan tersebut.

Setelahnya harga batu bara diperkirakan akan melandai seiring dengan upaya optimalisasi dekarbonisasi. Mengacu polling Reuters, harga batu bara dunia pada tahun 2022 diperkirakan berada di US$ 133,38/ton.

Sementara itu, persediaan minyak sawit diperkirakan sedikit meningkat dan akhirnya kembali ke tingkat pra-pandemi sekitar dua juta ton hingga tiga juta ton pada tahun 2022, menurut riset MIDF Research. Walaupun ada peningkatan produksi, analis memperkirakan rata-rata harga CPO akan tetap bertahan di level RM 3.000/ton tahun depan.

MIDF memperkirakan harga rata-rata CPO 2022 pada RM 3.300/ton. Sedangkan pandangan lebih optimis datang dari CGS-CIMB Research memperkirakan rata-rata harga CPO tahun 2022 sebesar MYR 3.600/ton.

Menimbang Indonesia yang masih kecanduan ekspor komoditas mentah, maka kemerosotan harga komoditas tahun 2022 akan semakin memperberat tantangan Indonesia dalam ekspor selain degradasi volume dari China.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bertubi-tubi, China Kirim Kabar Buruk Lagi soal Ekonomi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular