Ada 'Kebakaran'! Rupiah Terjebak di Tengah-tengah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 January 2022 09:04
mata Rupiah
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Rupiah terjebak dalam 'kebakaran' yang melanda pasar keuangan global.

Pada Rabu (19/1/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.340 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot di posisi Rp 14.355/US$, terdepresiasi 0,14%. Ini membuat mata uang Nusantara melemah selama tiga hari beruntun. Dalam tiga hari itu, pelemahan rupiah tercatat 0,31%.

Hari ini, rupiah sepertinya terjebak di gelombang koreksi yang melanda pasar keuangan dunia. Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham AS melemah cukup dalam di mana indeks Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite ambles masing-masing 1,51%, 1,84%, dan 2,6%.

Sebelumnya, bursa saham Eropa juga ambrol. Indeks FTSE 100 (Inggris), DAX 40 (Jerman), dan CAC 40 (Prancis) terpangkas masing-masing 0,63%, 1,01%, dan 0,94%.

Penyebabnya adalah keyakinan pasar yang semakin tebal bahwa bank sentral AS )The Federal Reserve/The Fed) bakal menaikkan suku bunga acuan secara agresif. Keyakinan ini datang setelah mendengar pernyataan sejumlah pejabat teras The Fed.

Gubernur Fed Lael Brainard memberi sinyal era suku bunga dekat dengan 0% akan segera berakhir. "Kami akan berada dalam posisi untuk melakukan itu (menaikan suku bunga) segera setelah pembelian aset dihentikan," katanya.

"Perkiraan saya, kami akan memiliki kenaikan 25 basis poin (bps) pada Maret, kecuali ada perubahan dalam data," kata Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker.

"Mengangkat (suku bunga) pada Maret, tampaknya hal yang cukup masuk akal," kata Presiden Fed San Francisco Mary Daly.

Halaman Selanjutnya --> Bunga Acuan AS Bakal Segera Naik

Pelaku pasar memperkirakan Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali tahun ini. Mengutip CME FedWatch, kemungkinan Federal Funds Rate akan berada di 1-1,25% pada akhir 2022 adalah 33,1%. Paling tinggi di antara kemungkinan lainnya.

fedSumber: CME FedWatch
fed

Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mendongkrak imbalan investasi aset-aset berbasis dolar AS, terutama instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi.

Kemarin, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS seri acuan tenor 10 tahun ditutup di 1,8753%. Ini adalah yang tertinggi sejak Desember 2019.

Perkembangan ini akan membuat arus modal mengalir deras ke pasar obligasi pemerintah AS. Akibatnya, aset-aset lain hanya kebagian remah rengginang. Tidak heran rupiah masuk jalur merah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular