Banyak 'Jalan Neraka' Dekat Jakarta, Luhut Pun Turun Tangan

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski tahun sudah berganti ke 2022, masih ada 'jalan neraka' yang kondisinya rusak parah dan menyiksa pelintas berada di Tanggeung-Padasuka/Cipelah, Kecamatan Cibinong, Cianjur, Jawa Barat (Jabar).
Jalur yang masih belum tersentuh pembangunan ini memang sudah masuk perencanaan proyek Jalur Tengah Selatan (JTS) oleh Pemprov Jabar. Namun, rencana pembangunan jalan yang belum pernah mencicipi buah kemerdekaan Indonesia ini tak kunjung terealisasi hingga tahun 2022 berjalan.
Pada pertengahan Februari 2021, pemerintah pusat sempat mulai membahas rencana pembangunan jalan ini, sebagai bagian dari pengembangan wilayah di provinsi Jawa Barat dan permohonan realisasi janji Presiden Joko Widodo terkait pembangunan infrastruktur di Jawa Barat.
Hal ini dibahas bersama oleh Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) dan pemerintah provinsi Jawa Barat, 16 Februari 2021.
Pemerintah provinsi Jawa Barat sempat mengusulkan lima pembangunan. Antara lain pengembangan kawasan Cirebon, Patimban dan Kertajati, termasuk pengembangan Jabar Selatan
Wilayah Jabar Selatan dengan jumlah penduduk 3.771.154 dan luas wilayah 10.059 kilometer persegi (28,36% dari total luas wilayah Jabar) memang butuh sentuhan pembangunan
Pada kawasan ini akan dibangun segmen Jalur Tengah Selatan (JTS) yang meliputi daerah Bagbagan, Kiaradua, Lengkong, Sagaranten, Tanggeung, Ciwidey, Pangalengan, Cikajang, Bantar Kalong, dan Kerta Rahayu. Pembangunan jalan ini dibangun sekitar 350 km, termasuk melintasi 'Jalan Neraka' di Tanggeung-Padasuka/Cipelah, Cianjur-Bandung
"Jabar Selatan ini memang perlu lebih banyak intervensi pemerintah. Jalan ini bagus sekali untuk tahap awal," kata Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan Djalil usai rapat bersama.
![]() Warga Cianjur, Jawa Barat selama berpuluh-puluh tahun harus melewati jalan berbatu dan berlumpur, tak layak disebut sebagai jalan. Kawasan ini padahal hanya 70 km dari pusat kota Bandung ibu kota provinsi dan 200 km dari ibu kota Jakarta.Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah, Cianjur sepanjang 33 km saat musim hujan makin sulit dilewati kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Jalur ini bak 'neraka' bagi yang melintasinya, sangat licin untuk dilalui sehingga membahayakan pengendara dan penumpang angkutan umum.Alex salah satu sopir mobil angkutan umum Elf Ciwidey-Padasuka harus berjibaku dua kali sehari melintasi 'jalur neraka' ini. Para sopir dan kernek menggunakan sekam padi untuk menjadi alas ban mobil agar bisa melewati jalan ini.Negara sudah saatnya hadir di wilayah ini sebab sudah 76 tahun Indonesia merdeka masih ada jalan yang tak layak semacam ini. Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah memang sudah masuk dalam program Pemprov Jabar melalui Jalur Tengah Selatan (JTS) tapi masih menunggu realisasi yang tak kunjung datang.Pemprov Jabar memang sedang memprioritaskan pembangunan JTS sepanjang 357 km yang melewati kawasan pegunungan dan hutan di Jabar. Proyek ini merupakan perbaikan jalan dan pembangunan jalan baru provinsi yang menghubungkan Sukabumi bagian tengah hingga Ciamis.Rencananya, pembangunan akan terbagi menjadi beberapa sesi. Sesi pertama akan dibangun Jalan Horisontal Tengah Jawa Barat Selatan yakni dari wilayah Lengkong - Sagaranten (23,20 km), kemudian Sagaranten - Tanggeung (37,55 km), disambung Tanggeung - Padasuka/Cipelah (33,79 km), hingga Padasuka/Cipelah - Rancabali (16,84 km), total fase ini 111,38 km.Selanjutnya kawasan Ciwidey - Pangalengan (22,12 km), lalu Pangalengan - Cikajang (53,48 km), disambung Cikajang - Bantarkalong (68,54 km), kemudian Bantarkalong - Kertahayu (101,48 km), hingga total sepanjang 245,62 km.(CNBC Indonesia/ Suhendra) |
Proyek JTS juga menjadi perhatian dari Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut termasuk yang setuju segera pembangunan proyek ini.
"JTS menjadi sangat kritis menurut saya karena bergerak di enam sektor krusial, yaitu transportasi, pengairan dan irigasi, air minum dan sanitasi, pariwisata dan ekonomi, penanganan bencana serta kelautan dan perikanan," kata Luhut.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan Jabar Selatan perlu menjadi perhatian agar wilayah tersebut memperoleh keadilan infrastruktur dan tidak tertinggal secara akses dan fasilitas dibandingkan wilayah lain di provinsi ini.
"Apalagi Jabar Selatan memiliki potensi pariwisata yang tinggi," imbuhnya.
Pemerintah Serius?
Terkait perkembangan proyek JTS, sempat dilakukan kunjungan Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum ke lapangan awal September 2021.
Ia bilang, Pemprov Jabar terus berupaya mengembangkan berbagai potensi daerah Jabar bagian selatan. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Jabar bagian selatan, perbaikan aksesibilitas dengan pembangunan JTS salah satu caranya.
Pembangunan JTS diharapkan dapat memangkas waktu tempuh sekaligus mengembangkan potensi pariwisata Jabar bagian selatan.
Biayanya? Ditaksir mencapai Rp 2,7 triliun.
"Kali ini kami melihat progres lokasi yang akan dijadikan program skala prioritas dalam kepemimpinan Pak Gubernur. Keinginan Pak Gubernur membangun akses di Jabar bagian selatan. Karena Jabar selatan skala prioritas peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," kata Uu, Rabu (8/9/2021).
Ia mengatakan pembangunan JTS untuk menyempurnakan jalan existing atau yang sudah ada sebelumnya. "Jalan yang sudah ada di bibir pantai itu pun mampu meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan, agar lebih mantap lagi, maka Pak Gubernur ingin membuat jalan tengah selatan," kata Uu.
Uu mengatakan dengan adanya JTS konektivitas lebih cepat, jalan ditempuh bisa setengahnya. Misalnya dari wilayah Lengkong ke Sagaranten, sekarang 99 Km, dengan JTS dibangun cukup 23 Km
Ia juga menegaskan pembangunan JTS juga akan mendongkrak potensi desa wisata. "Jadi ini program luar biasa, dan juga di daerah tersebut sedang ada pembangunan desa wisata, rata-rata daerah punya potensi desa wisata," katanya.
Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jabar Koswara mengatakan, feasibility study (FS) atau studi kelayakan jalur ini sudah dilaksanakan pada 2014. Kemudian, Amdal sudah terbit pada 2016. Lalu desain awal diluncurkan pada 2019, kemudian menuju Detail Engineering Design dan Dokumen Lingkungan.
"Kemudian pada 2021 kami bikin pradesain. Konsep pembangunannya adalah melebarkan jalan-jalan kabupaten dan jalan desa yang masuk dalam trase, ke dalam standarnya jalan provinsi, jadi jalur baru, membuat koridor baru," katanya.
[Gambas:Video CNBC]
Ya Ampun! Udah 2022 Masih Ada 'Jalan Neraka' di Dekat Jakarta
(dce/dce)