Pak Jokowi! Ini Ada 'Obat' Buat Bayar Utang Ribuan Triliun RI

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
06 January 2022 10:45
Infografis: Gegara Utang, RI Masuk Daftar Negara Paling Berisiko 'Remuk'
Foto: Infografis/Gegara Utang, RI Masuk Daftar Negara Paling Berisiko 'Remuk'/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang terus bertambah setiap tahun demi membiayai kebutuhan negara. Apalagi ketika covid-19 menyerang, utang meningkat drastis sebab ekonomi lumpuh dan menyeret penerimaan negara ke dalam jurang.

Kini utang pemerintah sudah menembus angka Rp 6.000 triliun. Meskipun secara rasio terhadap produk domestik bruto (PDB) masih aman, namun utang tersebut tetap harus dibayar.

Caranya adalah dengan meningkatkan penerimaan. Pada 2021 lalu, penerimaan negara meningkat drastis akibat kenaikan harga komoditas internasional. Hal ini tentunya bisa dimanfaatkan lagi oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Karena komoditas melonjak luar biasa, pajak sektor pertambangan dari minus 43,4% menjadi 60,52% positif itu lonjakannya pada kuartal III saat delta membabi buta kita naiknya justru tiga kali lipat," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita awal pekan ini.

Peningkatan juga muncul pada sektor industri pengolahan, perdagangan dan konstruksi dan real estate. Secara total penerimaan pajak di akhir tahun mencapai Rp 1.277,5 triliun (103,9%) tumbuh 19,2%.

Dampak berikutnya terlihat pada bea keluar, di mana realisasinya mencapai Rp 34,6 triliun atau 1.933,7% dari target APBN. Pertumbuhannya mencapai 708,2%. Penopang terbesar adalah produk kelapa sawit dan tembaga.

Kemenkeu juga mencatat kenaikan pada penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Realisasinya hingga akhir tahun adalah Rp 452 triliun atau tumbuh 31,5% menjadi 151,6% dari target APBN.

Ini didorong oleh pendapatan SDA Migas yang mencapai Rp 98 triliun atau tumbuh 41,9% akibat kenaikan harga minyak dunia dalam setahun terakhir. Kemudian SDA Non Migas mencapai Rp 52,8 triliun atau 181,4%, tumbuh 87,6% yang didukung oleh batu bara, tembaga dan nikel.

Infografis, APBN 2021 Tutup Buku Sri Mulyani GirangFoto: Infografis/ APBN 2021 Tutup Buku Sri Mulyani Girang/ Edward Ricardo
Infografis, APBN 2021 Tutup Buku Sri Mulyani Girang

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan utang pemerintah yang saat ini menggunung lebih dari Rp 6.000 triliun masih aman. Bahkan iya yakin bisa dibayar.

Namun, tentu dengan syarat perekonomian terus membaik. Sebab, utang memang digunakan untuk bisa mencipatakan perekonomian Indonesia yang lebih berkualitas.

"Kalau belanja bagus, jadi infrastruktur bagus, SDM berkualitas buat Indonesia, ekonomi tumbuh pasti bisa bayar lagi utangnya. Termasuk SBSN pasti kita bisa bayar Insyaallah kembali dengan aman," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa utang dilakukan karena memang Indonesia membutuhkannya. Seperti membangun fasilitas untuk dinikmati masyarakat. Memberikan batuan sosial, subsidi hingga membayar gaji pegawai negeri.

Sehingga, ia pun meminta masyarakat tidak hanya melihat dari nominal utanganya saja. Tapi jug perlu dilihat secara rinci penggunaan utang tersebut.

"Jadi sering yang dengar dari headline utang negara sudah Rp 6.000 apakah sudah aman? Dan tidak pernah liat neraca seluruhnya," jelasnya.

Menurutnya, apalagi selama pandemi Covid-19 pendapatan negara anjlok sedangkan belanja harus terus dilakukan bahkan diperbesar nilainya. Sebab, pemerintah juga menaikkan anggaran untuk belanja kesehatan, bantuan sosial, juga tunjangan bagi pegawai negeri dan TNI/Polri.

Oleh karenanya, mau tidak mau utang harus dilakukan, baik dari pinjaman luar negeri bahkan dengan penerbitan surat utang. Sebab, semua itu tak mampun dibiayai oleh APBN saja.

"Jadi itu buat kita sendiri dan sebagian utang yang ada nanti kita bayar lagi," pungkasnya.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular