Harga Minyak Goreng Terbang, Pedagang Pasar 'Ngamuk'

dce, CNBC Indonesia
06 January 2022 15:15
Pekan Kedua Ramadan Harga Minyak Goreng Naik Rp. 1.300/Kg (CNBC Indonesia TV)
Foto: Pekan Kedua Ramadan Harga Minyak Goreng Naik Rp. 1.300/Kg (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pedagang pasar menanti langkah pemerintah menurunkan harga minyak goreng. Mengutip data situs resmi Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga rata-rata nasional minyak goreng baik curah maupun kemasan per 5 Januari 2022 bergerak naik Rp200 - 300 per kg . Di rentang Rp18.000 - 25.000 per kg.

Pekerja memasukkan minyak goreng curah kedalam jiregen minyak di toko agen minyak goreng curah di kawasan Cipete, Jakarta, 29/10. Di tengah mahalnya harga minyak goreng (migor) karena kenaikan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) hingga 35 persen, membuat industri sawit nasional untung besar. Minyak goreng curah di Jakarta mengalami kenaikan. Untuk satu jeriken ukuran 17 kg dijual dengan harga Rp299.000. Mengutip dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, Senin (25/10/2021), jenis minyak goreng yang mengalami lonjakan adalah minyak goreng kemasan bermerek 1, minyak goreng kemasan bermerek 2, serta minyak goreng curah. Di pasar tradisional kenaikan berkisar Rp 2 ribu sampai Rp 4 ribu per liternya. Harga minyak goreng naik serempak, baik curah maupun kemasan bermerek.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)Foto: Ilustrasi Minyak Goreng Curah (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Padahal, pada 1 November 2022, harga minyak goreng masih berkisar di rentang Rp16.000 - 23.000 per kg, melonjak dari posisi sebulan sebelumnya yang masih di kisaran Rp14.000 - Rp18.000 per kg. Di kisaran Mei 2021, harga minyak goreng nasional masih bergerak di level Rp 13.000 - 17.000 per kg.

Sekjen Induk Koperasi Pasar (Inkoppas) Ngadiran mengatakan, Kementerian Perdagangan seharusnya bisa mencegah gerak liar harga minyak goreng. Dan menolak lonjakan saat ini dipicu aksi spekulan pedagang akhir.

"Kalau pun ada yang mengambil untung paling tinggi Rp2.000 - 2.500. Tapi, biasanya untung pedagang minyak goreng itu Rp1.000 - 1.500 per kg. Segitu sejak harga minyak goreng masih Rp11.000 bahkan sampai saat ini Rp23.000. Tapi, bunga dan biaya yang harus dibayarkan pedagang bertambah," kata Ngadiran kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Rabu (5/1/2022).

Jika bicara spekulan, Ngadiran mengatakan, yang harus dicurigai seharusnya produsen minyak sawit (CPO).

"Makanya, menteri atau dirjen (Menteri Perdagangan) berani nggak panggil produsen CPO ini? Saya sudah ngomong begini dari kemarin-kemarin. Tapi, nyatanya, sejak harga minyak goreng ini merangkak dari Agustus kemarin, pemerintah membiarkan saja. Rakyat sedang susah malah dibiarkan," kata Ngadiran.

Seharusnya, kata dia, saat harga CPO internasional mulai menanjak, pemerintah sudah bersiap.

"Hanya saja, karena harga CPO nya tinggi di luar, perusahaan sawit maunya ekspor. Kalaupun dijual di dalam negeri, harganya ditentukan sekian. Akibatnya, CPO diekspor, tapi buat kebutuhan minyak goreng dalam negeri kurang. Kalau mau stabilkan harga, suruh produsen CPO alokasikan misal 40% untuk minyak goreng dalam negeri. Tapi, berani nggak?" kata dia.

Selain itu, Ngadiran menagih janji Kementerian Perdagangan yang menyatakan harga minyak goreng akan turun di bulan Januari 2022 dengan memacu pasokan ke pasar.

"Katanya akan ada 11 juta liter, mana? Kalau mau dijual di pasar sendiri dengan operasi pasar, paling Kemendag sanggupnya 20 pasar sehari. Di Jabodetabek saja pasar sudah lebih 800. Artinya kan cuma mau iklan saja,' ujar Ngadiran.

Dia pun membandingkan upaya stabilisasi harga minyak goreng yang pernah dilakukan Menteri Koperasi dan UKM era Kabinet Reformasi, Adi Sasono.

"Waktu itu harga minyak goreng mencapai Rp8.000 per kg. Menteri memerintahkan koperasi menjual ke pasar Rp4.200 per kg. Kita beli seharga Rp3.600. Jadi, ada untung kotor Rp600 per kg untuk kemasan dan sebagainya. Tapi, dalam 1 bulan, harga langsung stabil turun. Tidak seperti sekarang, dibiarkan. Pemerintah ngapain saja?" kata Ngadiran.

Pemerintah, ujar dia, semestinya memiliki data ketersediaan dan kebutuhan minyak goreng nasional. Data itu harus jadi acuan untuk upaya stabilisasi harga.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Transisi Berakhir, Kemendag Larang Minyak Goreng Curah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular