Internasional

Gawat Mr Biden! 'Resesi Seks' AS Makin Jadi, Ekonomi Terancam

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
07 December 2021 09:05
Beach goers are seen as workers in protective suits clean the contaminated beach after an oil spill, Wednesday, Oct. 6, 2021 in Newport Beach, Calif. A major oil spill off the coast of Southern California fouled popular beaches and killed wildlife while crews scrambled Sunday, to contain the crude before it spread further into protected wetlands. (AP Photo/Ringo H.W. Chiu)
Foto: AP/Ringo H.W. Chiu

Jakarta, CNBC Indonesia - 'Resesi seks' sepertinya mengguncang sejumlah negara di dunia. Kali ini, terjadi di Amerika Serikat (AS).

Resesi diartikan dengan kemerosotan. Dalam ekonomi resesi diartikan sebagai kondisi ketika produk domestik bruto (PDB) menurun selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.



Dalam sebuah penelitian terbaru Institute for Family Studies (IFS), jumlah anak muda Negeri Paman Sam yang tidak berhubungan seks meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 8% menjadi 21%. Perempuan menjadi kelompok yang paling enggan melakukan hubungan seksual. Ini juga termasuk kelompok taat agama.

"Lebih banyak perempuan dari sebelumnya antara 18 dan 35 dilaporkan tidak berhubungan seks dalam satu tahun terakhir," kata penelitian tersebut, dikutip dari Daily Mail, Senin (6/12/2021).

"'Ketidakbersamaan' telah meningkat terutama di antara mereka yang taat beragama."

Para peneliti juga menyebut hal ini dipengaruhi beberapa faktor. Mulai dari ekonomi hingga psikologis. Selain itu, ada juga faktor lain yang cukup signifikan yang mempengaruhi perilaku terutama di kelompok taat agama. Yakni kekhawatiran moral, utamanya dalam melakukan seks pra-nikah.

"Sebagian besar peningkatan ketidakberdayaan didorong oleh orang-orang yang memiliki kekhawatiran moral tentang seks pranikah," tulis penelitian itu.

Sebenarnya, penurunan mood seksual ini telah terjadi selama lebih dari satu dekade. Tetapi hal ini semakin diperparah dengan pandemi virus corona dan penguncian yang datang sebagai akibatnya.

"Sejak 2010, telah terjadi peningkatan tajam dalam jumlah pria dan wanita berusia 18 hingga 35 tahun yang melaporkan tidak berhubungan seks pada tahun sebelumnya," rekan peneliti IFS Lyman Stone melaporkan dalam temuan tersebut.

Mengutip analisis politik ekonomi di CNBC International Jake Novak di 2019, resesi seks menurutnya bisa menjadi ancaman besar bagi PDB negara itu. Hal ini bisa menyebabkan menurunnya populasi dan bahkan perlambatan ekonomi.

Dalam analisisnya, Jake mengatakan 'resesi seks' dan menurunnya pernikahan mengindikasikan bahwa kaum muda juga akan menunda aspek-aspek kedewasaan. Seperti membeli rumah atau mobil, yang mana akan menyumbang perlambatan.

"Ini menjadi hal serius yang menyebar ke sejumlah sektor bisnis mulai dari real estate, pakaian hingga kontrasepsi dan berujung pada menurunnya PDB," tulisnya.

"Sex recession merupakan ancaman terbesar dari semua ancaman yang ada."

Turunnya gairah seksual dan perkawinan di AS menurut analisisnya, juga terjadi karena teknologi. Peluang baru yang diberikan oleh teknologi yang memicu orang dewasa muda lebih senang menyendiri ketimbang berhubungan dengan manusia lainnya secara langsung.

"Semuanya, mulai dari pornografi online hingga video game canggih, hingga media sosial digunakan oleh banyak remaja sebagai pengganti kontak dengan manusia nyata, terutama untuk pria," tulis Jake dalam penelitiannya.

Di beberapa negara, terutama Jepang dan Jerman, bahkan semakin banyak yang menggunakan robot untuk melakukan berbagai tugas, dan bahkan memberikan layanan seksual, sebagai alternatif dari pengganti manusia sesungguhnya. Ada berbagai alasan mereka menggunakan robot seks itu, salah satunya adalah trauma.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngeri Mr Biden! 'Resesi Seks' AS Makin Parah, Ini Buktinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular