
Fakta-fakta 'Resesi Seks' Serang AS, Bisa Mengancam Ekonomi?

Jakarta, CNBC Indonesia - 'Resesi seks' nyatanya tidak hanya terjadi di China dan India. Kali ini, kondisi itu terjadi di Amerika Serikat (AS).
Berikat fakta-faktanya:
1.Keengganan Berhubungan Seks Naik Dua Kali Lipat
Dalam sebuah penelitian terbaru Institute for Family Studies (IFS), dikutip Senin (6/12/2021), jumlah anak muda Negeri Paman Sam yang tidak berhubungan seks meningkat lebih dari dua kali lipat. Dari 8% menjadi 21%.
"Lebih banyak perempuan dari sebelumnya antara 18 dan 35 dilaporkan tidak berhubungan seks dalam satu tahun terakhir, dan 'ketidakbersamaan' telah meningkat terutama di antara mereka yang taat beragama," menurut penelitian tersebut, dikutip dari Daily Mail.
2.Faktor Penyebab
Para ilmuwan menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini seperti faktor ekonomi dan psikologis. Selain itu, ada juga faktor lain yang cukup signifikan yang mempengaruhi perilaku ini yakni kekhawatiran moral, utamanya dalam melakukan seks pra-nikah.
"Sebagian besar peningkatan ketidakberdayaan didorong oleh orang-orang yang memiliki kekhawatiran moral tentang seks pranikah," katana.
3.Terjadi Satu Dekade Terakhir
Penurunan ini sendiri sebenarnya telah terjadi selama lebih dari satu dekade. Tetapi hal ini semakin diperparah dengan pandemi virus corona dan penguncian yang datang sebagai akibatnya.
"Sejak 2010, telah terjadi peningkatan tajam dalam jumlah pria dan wanita berusia 18 hingga 35 tahun yang melaporkan tidak berhubungan seks pada tahun sebelumnya," rekan peneliti IFS Lyman Stone melaporkan dalam temuan tersebut.
4.Mengancam Ekonomi
Resesi diartikan dengan kemerosotan. Dalam ekonomi resesi diartikan sebagai kondisi ketika produk domestik bruto (PDB) menurun selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
Tapi bagaimana kalau 'resesi seks'?
Hal ini setidaknya, ditulis jurnalis senior CNBC International AS Jake Novak. Ia menggunakan kata resesi seks untuk menggambarkan bagaimana mood untuk melakukan hubungan seksual dan menikah turun tajam di AS.
Saat mermbahas ini di 2019, resesi seks menurutnya bisa menjadi ancaman besar bagi PDB negara itu. Keengganan melakukan seks dan berumah tangga membuat tidak adanya permintaan untuk membeli rumah, membeli barang-barang ritel, bahkan kontrasepsi sekedar untuk berhubungan dan menunda kelahiran.
"Ini menjadi hal serius yang menyebar ke sejumlah sektor bisnis mulai dari real estate, pakaian hingga kontrasepsi dan berujung pada menurunnya Produk Domsetik Bruto (PDB)," tulisnya kala itu.
"Sex recession merupakan ancaman terbesar dari semua ancaman yang ada."
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Dia Negara-negara yang Alami 'Resesi Seks', RI Aman?