
Berat! Angkasa Pura I Terlilit Gunungan Utang Rp 35 T Nih..

Jakarta, CNBC Indonesia - Angkasa Pura I dikabarkan menanggung beban utang yang tinggi mencapai Rp 35 triliun dan bisa meningkat mencapai Rp 38 triliun. Hal ini disebabkan bertambahnya beban karena pengoperasian bandara baru.
"Di AP I, memang kondisinya berat dengan utang Rp 35 triliun dan rate loss per bulan Rp 200 miliar dan setelah pandemi, utang bisa mencapai Rp 38 triliun," kata Wamen BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (2/12/2021).
Sejak pandemi terjadi sejak Maret 2020 lalu, penurunan penumpang di 15 bandara yang dikelola Angkasa Pura I turun drastis. Sebagai gambaran pada 2019 trafik penumpang di 15 bandara itu mencapai 81,5 juta orang, lalu turun menjadi 32,7 juta penumpang pada 2020, begitu juga pada tahun ini diperkirakan hanya 25 juta penumpang.
Sementara Angkasa Pura I telah melakukan pengembangan bandara dalam kondisi lack of capacity. Seperti Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) dengan dana Rp 12 triliun, Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin Rp 2,3 triliun.
Selanjutnya bandara baru Jenderal Ahmad Yani Semarang Rp 2 triliun, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar Rp 2,6 triliun, dan beberapa pengembangan bandara lainnya seperti Sam Ratulangi Manado, Lombok Praya, Terminal 1 Juanda Surabaya, Pattimura Ambon, El Tari Kupang.
Di mana semuanya dibiayai skema pendanaan internal dan berbagai sumber lain seperti sindikasi kredit perbankan dan obligasi. Diprediksi tahun ini pendapatan perseroan bakal turun lagi, sementara dihadapkan dengan kewajiban pembayaran pinjaman.
Lantas langkah apa yang diambil Angkasa Pura I?
Direktur Utama Angkasa Pura I Airports Faik Fahmi, mengatakan perseroan akan melakukan restrukturisasi seperti aset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional, simplifikasi organisasi, penundaan investasi dan mendorong anak usaha mencapai sumber pendapatan baru.
"Kami optimis restrukturisasi memperkuat profil keuangan perusahaan ke depan," katanya dalam keterangan, Senin (6/12/2021).
Selain itu perseroan juga akan menjalin kerja sama dengan mitra strategis untuk bandara Hang Nadim Batam, Bandara Dhoho Kediri, Lombok Praya, dengan pemanfaatan lahan tidak produktif seperti lahan Kelan Bay Bali, mengembangkan airport city Bandara Internasional Yogyakarta eks bandara Selaparang Lombok.
Faik menjelaskan manajemen juga akan menunaikan kewajiban perusahaan kepada kreditur dan vendor. Adapun target hasil restrukturisasi akan mencapai tambahan dana mencapai Rp 3,8 triliun.
Dengan efisiensi biaya sebesar Rp 704 miliar, dan perolehan fund raising sebesar Rp 3,5 triliun. Selain itu dia meningkatkan aset perusahaan di 2021 ini juga bertambah dengan nilai Rp 44 triliun dari Rp 24 triliun di 2017.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bandara Sepi di Mana-Mana, Operator Bandara Mulai Goyang!