Gara-gara Covid, Ada Luka Dalam di Ekonomi Harus Disembuhkan
Jakarta, CNBC Indonesia - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo melihat luka yang dalam sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Mulai dari inflasi yang tinggi dan minimnya lapangan pekerjaan.
Dody menjelaskan, meskipun kasus harian global beberapa hari terakhir sudah mulai melandai, namun nampaknya tantangan global tidak akan berakhir. "Living with endemi secara global," ujarnya dalam sebuah webinar, Jumat (19/11/2021).
Vaksin Covid-19 yang tidak mereta, khususnya terhadap negara-negara berkembang tentunya akan membuat ekonomi tidak akan tumbuh merata terhadap seluruh negara di dunia.
Pasalnya kata Dody, setiap kebijakan yang diambil negara maju, terutama pada sektor moneter selalu memunculkan spillover terhadap negara berkembang.
Sehingga saat negara berkembang belum perlu melakukan kebijakan antisipasi, yang akhirnya membuat pertumbuhan ekonomi menjadi melambat atau terganggu.
"Karena adanya perbedaan vaksinasi, karena mobilitas terganggu dan ekonomi gak bergerak cepat, inflasi akan menimbulkan masalah," jelas Dody.
"Karena tentunya dampak rembetan inflasi global ke inflasi lokal (Indonesia) akan terjadi, juga masalah harga perumahan yang naik," kata Dody melanjutkan.
Di samping itu, melihat kondisi pandemi, saat diberlakukannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), membuat sektor rill sulit pulih. Padahal, likuiditas di tanah air cukup berlimpah.
Sebagai dampak awal, kalau permintaan sudah tumbuh namun ketersediaan pasokan tidak bisa memenuhi permintaan, maka kemungkinan akan menimbulkan stagflasi.
"Likuiditas banyak, tapi produksi ini terluka karena konteks pandemi. Ini yang terjadi transmisi kebijakan tidak berjalan, intermediasi policy tidak berjalan, lending tidak berjalan. Stagflasi mungkin muncul," ujarnya.
Dampak lebih lanjutnya adalah terhadap pemulihan tenaga kerja yang bersifat rutin dan manual. Hal ini kata Dody yang perlu diantisipasi.
"Studi kita di BI, sektor-sektor yang job vacancy dengan low skill itu terkena paling keras dari scarring (luka) ini. Dalam new normal, lebih ke skill yang mengandalkan teknologi. Sehingga low skill yang terkendala," jelasnya.
Sementara lapangan pekerjaan yang berbasis ekspor akan kembali cepat pulih. Karena selama ini sektor ini tidak terganggu, karena pemintaan yang tetap tinggi.
"Tapi bagi yang berbasis domestik atau small size sektor itu kemungkinan punya dalam luka lebih dalam dari lainnya," kata Dody melanjutkan.
(mij/mij)