
Tak Ada 'Durian Runtuh' Ekonomi RI Bisa Minus Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus corona atau Covid-19 varian Delta telah merebak sangat cepat pada Juli-Agustus 2021. Pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM yang lebih ketat memberikan dampak terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III-2021.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III-2021 capai 3,51% (year on year/yoy) atau melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II-2021 yang mencapai 7,07% (yoy).
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan, varian Delta yang menular dengan cepat memaksa pemerintah menerapkan PPKM Darurat/Level, sehingga menurunkan mobilitas dan tingkat permintaan masyarakat.
Oleh karena itu, sumber pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III-2021 adalah net ekspor dan investasi (PMTB) didukung oleh kuatnya permintaan dunia akan komoditas yang mengerek harga komoditas secara umum, terutama batu bara dan CPO.
Seluruh komponen pengeluaran pada PDB tercatat melambat di Kuartal III-2021. Pembatasan mobilitas menyebabkan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah melambat paling signifikan.
"Hasilnya, ekspor dan investasi pada sektor pertambangan dan perkebunan dilaporkan meningkat pada triwulan III-2021," jelas Andry dalam laporan resminya, dikutip Kamis (18/11/2021).
"Sementara tren kenaikan harga komoditas global akibat gangguan rantai pasokan dan krisis energi dunia masih mampu menjadi bantalan bagi kinerja investasi dan ekspor," ujarnya lagi.
Artinya, kenaikan harga komoditas bak 'durian runtuh' bagi perekonomian Indonesia pada Kuartal III-2021. Bisa dibayangkan, jika tidak ada kenaikan harga komoditas, kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa kembali terkontraksi.
Andry mencatat, lima sektor yang masih mencatat pertumbuhan tertinggi pada Kuartal III-2021 adalah jasa kesehatan dan kegiatan sosial, pertambangan dan penggalian, informasi dan komunikasi.
Sektor lainnya yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi yakni perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, dan pengadaan air, Pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede punya pandangan lain. Menurut dia pertumbuhan ekonomi Kuartal III-2021 yang melambat dari kuartal sebelumnya, karena perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi.
"Keduanya merupakan motor utama penggerak ekonomi Indonesia," ujar Josua kepada CNBC Indonesia.
Kendati demikian, net ekspor pada Kuartal III-2021 dapat membatasi perlambatan ekonomi, karena kinerja ekspor yang tinggi ditopang oleh kenaikan harga komoditas.
Pun jika seandainya harga komoditas ekspor tidak mengalami kenaikan, menurut Josua pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III-2021 tidak akan mengalami pertumbuhan yang kontraktif.
"Mengingat penggerak utama perekonomian yakni konsumsi rumah tangga dan investasi masih tetap mengalami pertumbuhan yang positif," ujarnya.
Josua memperkirakan, pada Kuartal IV-2021 perekonomian Indonesia diperkirakan akan kembali ditopang oleh konsumsi rumah tangga, meskipun kontribusinya pada perekonomian Kuartal IV-2021 diperkirakan tidak akan setinggi kontribusinya pada perekonomian Kuartal III-2021.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OECD Ikut Pangkas Proyeksi Ekonomi Dunia 2022 Menjadi 3%