Negara Ini Ngerem Bikin Dunia Terguncang, RI Juga Kena?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
19 November 2021 13:30
Anggota Dewan Komisioner OJK, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Anggota Dewan Komisioner OJK, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memaklumi ketakutan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan kondisi global terkini. Benar adanya langkah 'rem' oleh negara maju bisa membuat dunia terguncang termasuk Indonesia.

"Setiap kebijakan yang diambil negara maju, terutama moneter selalu memunculkan spill over ke negara berkembang," ujar Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur BI dalam webinar bertema Sinergi Pemerintah, BI, dan OJK dalam Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional, Jumat (19/11/2021)

Negara maju yang dimaksud salah satunya adalah Amerika Serikat (AS). AS mampu tumbuh cepat, ditandai dengan inflasi yang mencapai 6% atau tertinggi sepanjang sejarah. Dampaknya, Bank Sentral AS Federal Reserve (the Fed) mengubah arah kebijakan moneter atau yang dikenal dengan sebutan tapering.

Ini cukup mengkhawatirkan karena bukan pertama kalinya terjadi. Cerita yang sama pernah terjadi pada 2013 lalu, ketika pasar keuangan dalam negeri dibuat porak poranda akibat kebijakan tersebut atau disebut taper tantrum.

Akhirnya, pemulihan ekonomi pada negara seperti Indonesia bisa terhenti. Dalam teorinya bila AS menaikkan suku bunga acuan, bukan tidak mungkin BI juga mengikuti kebijakan tersebut demi mencegah aliran dana keluar alias outflow.

"Negara berkembang yang belum perlu melakukan kebijakan antisipasi, terpaksa alami konsekuensi pertumbuhan ekonomi yang terganggu untuk tumbuh," papar Dody.

Ekonomi Indonesia kini berada dalam jalur pemulihan yang baik. Meskipun sempat dihantam varian delta covid-19 beberapa waktu lalu, namun ekonomi masih bisa tumbuh positif. 

Kini mobilitas sudah mulai dilonggarkan. Aktivitas masyarakat perlahan pulih, begitu juga kegiatan ekonominya. Terlihat dari transaksi masyarakat, baik melalui bank maupun non bank.

Pada Oktober 2021, nilai transaksi uang elektronik (UE) tumbuh 55,54% (yoy) mencapai Rp29,23 triliun dan nilai transaksi digital banking meningkat 63,31% (yoy) menjadi Rp3.910,25 triliun. Nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit tercatat Rp664,26 triliun, tumbuh 6,37% (yoy).

"Mudah-mudahan ini sinyal untuk kuartal IV, ekonomi lebih baik dari kuartal III. Belum lagi vaksinasi dan level PPKM terus diturunkan. Ini menggambarkan mobilitas yang cukup baik. Basis kita untuk bergerak ke depan," tutupnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Susah Payah Ngegas Ekonomi RI, Eh Diganjal Borok Negara Lain!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular