Mobil Listrik Sebentar Lagi Bakal Berseliweran di Jalan?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
27 October 2021 14:37
Infografis/ Terbongkar! Tesla Elon Musk Miliki miliaran bitcoin/Aristya rahadian
Foto: Infografis/ Terbongkar! Tesla Elon Musk Miliki miliaran bitcoin

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai pasar Tesla tembus US$ 1 triliun pada hari Senin (25/10/2021) dan jadi perusahaan keenam di AS yang memiliki pencapaian tersebut.

Tesla adalah perusahaan tercepat kedua yang mencapai angka US$ 1 triliun. Produsen kendaraan listrik milik Elon Musk ini mencapainya hanya lebih dari 12 tahun setelah penawaran umum perdana 2010. Hanya Facebook yang membutuhkan lebih dari 9 tahun dari IPO untuk mencapai US$ 1 triliun.

Kenaikan ini didorong oleh dua kabar baik, yakni Hertz mengumumkan rekor pesanan 100.000 Tesla untuk armadanya dan analis mobil Morgan Stanley, Adam Jonas, belum lama ini menaikkan target harga saham di Tesla menjadi US$ 1.200.

Selain itu, penjualan kendaraan listrik Tesla pada kuartal ketiga tumbuh 73% year-on-year (yoy) dengan jumlah 241.391 unit. Sepanjang tahun 2021, Tesla sudah berhasil menjual 627.572 unit dan diperkirakan akan berhasil menembus penjualan 800.000 unit di akhir tahun.

Optimisme investor yang memuncak akan penjualan kendaraan listrik yang tumbuh signifikan mengantar Tesla meraih pencapaian tersebut. Apalagi pertumbuhan signifikan penjualan kendaraan listrik sudah menular ke belahan benua lain, sehingga semakin menajamkan ekspektasi investor terhadap pertumbuhan industri kendaraan listrik yang dengan cepat akan berkembang.

Selain Tesla, penjualan kendaraan listrik pabrikan VolksWagen (VW) juga bertumbuh signifikan sebesar 154,4% yoy pada kuartal ketiga dengan 75.000 unit.

Penjualan Tesla dan VW memberi gambaran atas permintaan kendaraan listrik yang meningkat. Mengacu data EV-Volumes, pada semester pertama tahun ini, penjualan kendaraan listrik dunia mencapai pertumbuhan 168% yoy dengan 2,65 juta unit terjual. Diharapkan pada akhir tahun ini penjualan kendaraan listrik dunia mencapai 6,4 juta unit, tumbuh 98% dibanding tahun 2020.

Euforia akan kendaraan listrik yang terjadi saat ini masih akan terbentur dengan masalah-masalah dalam pengembangan kendaraan minim emisi ini. Walaupun kita tidak bisa mengaburkan pertumbuhan yang signifikan terhadap penjualan di 2021 dan proyeksi pertumbuhan di masa depan.

Penjualan kendaraan listrik diproyeksikan akan terjual 46,8 juta unit pada tahun 2030, menurut data International Energy Agent (IEA). Penjualan yang bertumbuh seiring dengan komitmen negara-negara di dunia yang ingin mengurangi emisi dalam upaya perbaikan iklim.

Aturan-aturan yang mendukung dekarbonisasi juga mendorong pertumbuhan penjualan kendaraan listrik ke level yang jauh lebih tinggi dibanding beberapa tahun lalu.

Proyeksi Penjualan Mobil ListrikSumber: EIA

Aturan emisi di seluruh Eropa menyebabkan gelombang besar pertama penjualan kendaraan listrik tahun lalu. Sekitar 734.000 kendaraan listrik terjual di seluruh benua biru pada tahun 2020 meskipun ada lockdown, menurut LMC Automotive.

Inggris telah mengumumkan rencana untuk mengakhiri penjualan mobil bensin dan diesel secara keseluruhan pada tahun 2035. Norwegia lebih agresif pada tahun 2025 penjualan bahan bakar fosil akan dihentikan. Sedangkan Uni Eropa mengusulkan larangan de facto pada tahun 2035.

Aturan ini akan mendorong produsen-produsen mobil untuk menggenjot produksi kendaraan listrik. Menurut AlixPartners, ada sekitar 330 model listrik murni atau hibrida yang dijual hari ini dan akan melonjak menjadi 500 model pada tahun 2025.

Tahun 2030, 15% mobil penumpang di jalanan dikuasai kendaraan listrik dan meningkat menjadi 30% pada tahun 2050, berdasarkan laporan IEA.

Produksi dan penjualan kendaraan listrik memang akan bertumbuh di masa depan. Tapi bukan berarti akan mulus jalannya.

Masalah pertama adalah pengisian daya listrik karena bisa menghambat penjualan Kekhawatiran terbesar adalah biaya pengisian daya listrik lebih mahal dibanding dengan mengisi dengan bahan bakar fosil.

Selain itu waktu pengisian dan jarak tempuh juga jadi perhatian. Jika pengisian lam dengan jarak tempuh yang minim tentu saja akan dengan mudah kendaraan listrik ditinggalkan.

Saat ini pengisian daya listrik masih dilakukan di rumah dan cocok untuk mobilitas dalam kota karena jarak  tempuh yang dihasilkan pun tidak terlalu jauh. Bagaimana dengan mobilitas ke luar kota atau dengan jarak tempuh jauh?

Solusi terdepan adalah membentuk stasiun pengisian daya listrik di jalanan seperti SPBU saat ini. Setidaknya ini akan menjadi salah satu solusi untuk mobilitas perjalanan jauh.

Pembangunan pengisian daya listrik di jalanan sebenarnya adalah konsekuensi dari kebijakan larangan mobil bensin dan diesel di tahun 2020.

Otoritas Persaingan dan Pasar (CMA) memberi ilustrasi perbandingan 250.000 kendaraan listrik membutuhkan 25.000 stasiun pengisian.

Selain poin pengisian daya listrik yang diperbanyak, kapasitas baterai juga harus ditingkatkan untuk memperpanjang umur mobil di jalan. Mengacu data EV-Database, rata-rata kapasitas baterai kendaraan listrik dunia sebesar 59,7 kWh dan mampu menempuh jarak 360 km.

Untuk memperbesar daya baterai listrik perlu pasokan bahan baku seperti nikel, tembaga, dan kobalt yang saat ini belum dieksplorasi lebih banyak untuk kebutuhan kendaraan listrik.

Hambatan saat ini adalah, Indonesia sebagai produsen dan pemilik cadangan terbesar nikel di dunia baru akan memulai membangun eksplorasi nikel untuk kendaraan listrik. Sehingga pasokan raw materials masih terbatas saat ini untuk pengembangan baterai kendaraan listrik.

Kedua masalah tersebut bersifat temporer dan akan teratasi seiring berkembangnya industri kendaraan listrik. Sehingga akselerasi kendaraan masa depan umat manusia akan dapat terjaga.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular