Xi Jinping Makin Mesra dengan Taliban, Ada Apa China?
Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan antara China dan kelompok penguasa Afghanistan, Taliban, telah memasuki babak yang lebiih mesra. Terbaru, Beijing memutuskan untuk memberikan bantuan dana sebesar US$ 31 juta atau setara Rp 442 miliar kepada Negeri Asia Tengah itu.
Mengutip CNN International, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Hua Chunyin menyebut bahwa bantuan itu berupa makanan, pasokan musim dingin, obat-obatan dan vaksin virus corona. "Untuk penggunaan darurat bagi rakyat Afghanistan," ujarnya dalam sebuah pernyataan di forum pertemuan Menlu negara tetangga Afghanistan, Kamis (9/9/2021).
Beberapa analis mulai menanggapi langkah China yang sangat dekat dengan Taliban ini. Mengutip CNBC International, ada tiga hal dasar yang membuat negara pimpinan Presiden Xi Jinping itu mau bekerjasama dengan Taliban yang notabenenya banyak mendapatkan kecaman dunia.
1. Keamanan Jalur OBOR dan Xinjiang
China sendiri dianggap sedang mencoba untuk mengamankan jalur dagang barunya, One Belt One Road (OBOR) dan juga Xinjiang. Beijing menganggap bahwa Afghanistan merupakan negara yang sangat penting dalam kepentingan ini.
Afghanistan sendiri terletak di Asia Tengah. Negara itu berbagi perbatasan dengan Pakistan yang merupakan partner China dalam pembangunan ini.
Selain itu, lokasi Afghanistan yang cukup dekat dengan Xinjiang menjadi sebut perhatian penting. Di mana Negeri Tirai Bambu tidak ingin pemberontak di wilayah itu bekerjasama dengan Taliban.
"China tertarik pada keterlibatan ekonomi di Afghanistan dan perluasan Sabuk dan Jalannya, termasuk rekonstruksi dan investasi dalam sumber daya mineral yang belum dimanfaatkan dari negara yang terkurung daratan itu," sebut Ekta Raghuwanshi, analis Stratfor Asia Selatan untuk RANE.
Meski begitu, beberapa pihak lain menganggap bahwa China sebenarnya sedang berhati-hati dalam menjaga hubungannya dengan Taliban. Ini terlihat dari kurangnya aktifnya China saat berdiskusi dengan kelompok Islam itu mengenai investasi sumber daya alam.
"Kami tidak memiliki bukti bahwa China akan melihat Taliban sebagai mitra yang lebih aman," ujar Maximilian Hess, seorang peneliti Asia Tengah dari Foreign Policy Research Institute.
Halaman 2>>
(sef/sef)