Bukan Saudi, Taliban Minta Negara Arab Ini Bantu Afghanistan
Jakarta, CNBC Indonesia - Militer Amerika Serikat (AS) resmi mengakhiri keberadannya selama 20 tahun di Afghanistan Senin (30/8/2021). Penerbangan terakhir telah dilakukan, bahkan sebelum batas waktu Selasa (31/8/2021).
Penerbangan itu berlangsung tengah malam waktu setempat. Secara total sudah 123.000 orang diangkut AS, baik tentara, warganya maupun warga Afghanistan yang hendak pergi dari kekuasaan Taliban.
Taliban sendiri merayakan kepergian AS dengan menggelar perayaan. Melansir media yang sama tembakan perayaan terdengar di pusat kota dan pejabat Taliban menyebutnya "momen yang menentukan".
"Afghanistan telah mendapatkan kemerdekaan penuh," kata Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.
"Bangga menyaksikan momen bersejarah ini," kata seorang pejabat senior Taliban lain, Anas Haqqani.
Sebenarnya meski AS pergi, Taliban sudah melakukan sejumlah manuver, tentang negara mana yang hendak diajak bekerja sama. Ini termasuk dalam bidang pengamanan.
Salah satunya adalah negara dari jazirah Arab. Namun, bukan penguasa Timur Tengah Arab Saudi melainkan Qatar.
Rabu (1/9/2021), sekelompok tim teknis dari Qatar tiba di Afghanistan. Tim teknis ini diminta langsung oleh Taliban dalam membantu mereka mengatur dan membangun kembali aktivitas masyarakat seperti biasa.
Dikutip Al Jazeera, tim ini akan bekerja di area Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul. Pasalnya Taliban mengaku bahwa mereka kekurangan pengalaman dalam mengatur lalu lintas udara setelah AS dan sekutu NATO-nya pergi dari negara itu.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian. Ia menyebut bahwa selain dengan Qatar, Taliban juga meminta bantuan yang sama kepada Turki meski tim yang diminta kepada Ankara belum tiba di sana.
"Resolusi Dewan Keamanan tentang pengamanan bandara harus dilaksanakan. Ada pembicaraan yang sedang berlangsung dengan Qatar dan Turki tentang pengelolaan bandara. Kita harus menuntut agar akses ke bandara aman," kata Le Drian.
Halaman 2>>
(sef/sef)