Internasional

Bukan Saudi, Taliban Minta Negara Arab Ini Bantu Afghanistan

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
02 September 2021 08:01
Konpres pejuang Taliban. (AP/Rahmat Gul)
Foto: Konpres pejuang Taliban. (AP/Rahmat Gul)

Jakarta, CNBC Indonesia - Militer Amerika Serikat (AS) resmi mengakhiri keberadannya selama 20 tahun di Afghanistan Senin (30/8/2021). Penerbangan terakhir telah dilakukan, bahkan sebelum batas waktu Selasa (31/8/2021).

Penerbangan itu berlangsung tengah malam waktu setempat. Secara total sudah 123.000 orang diangkut AS, baik tentara, warganya maupun warga Afghanistan yang hendak pergi dari kekuasaan Taliban.

Taliban sendiri merayakan kepergian AS dengan menggelar perayaan. Melansir media yang sama tembakan perayaan terdengar di pusat kota dan pejabat Taliban menyebutnya "momen yang menentukan".

"Afghanistan telah mendapatkan kemerdekaan penuh," kata Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.

"Bangga menyaksikan momen bersejarah ini," kata seorang pejabat senior Taliban lain, Anas Haqqani.

Sebenarnya meski AS pergi, Taliban sudah melakukan sejumlah manuver, tentang negara mana yang hendak diajak bekerja sama. Ini termasuk dalam bidang pengamanan.

Salah satunya adalah negara dari jazirah Arab. Namun, bukan penguasa Timur Tengah Arab Saudi melainkan Qatar.

Rabu (1/9/2021), sekelompok tim teknis dari Qatar tiba di Afghanistan. Tim teknis ini diminta langsung oleh Taliban dalam membantu mereka mengatur dan membangun kembali aktivitas masyarakat seperti biasa.

Dikutip Al Jazeera, tim ini akan bekerja di area Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul. Pasalnya Taliban mengaku bahwa mereka kekurangan pengalaman dalam mengatur lalu lintas udara setelah AS dan sekutu NATO-nya pergi dari negara itu.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian. Ia menyebut bahwa selain dengan Qatar, Taliban juga meminta bantuan yang sama kepada Turki meski tim yang diminta kepada Ankara belum tiba di sana.

"Resolusi Dewan Keamanan tentang pengamanan bandara harus dilaksanakan. Ada pembicaraan yang sedang berlangsung dengan Qatar dan Turki tentang pengelolaan bandara. Kita harus menuntut agar akses ke bandara aman," kata Le Drian.

Halaman 2>>

Sebelumnya Qatar meminta Taliban agar mau kooperatif dalam kehadiran pasukan asing di bandara Kabul. Hal ini diminta mengingat bantuan keamanan dari pasukan asing akan mampu membantu perdamaian dan stabilitas negara itu.

"Apa yang kami coba jelaskan kepada mereka adalah bahwa keselamatan dan keamanan bandara membutuhkan lebih dari sekadar mengamankan perimeter bandara," ujar Menlu Qatar,Syekh Muhammad bin Abdulrahman al-Thani dikutip Financial Times, Selasa (31/8/2021).

Selama dekade terakhir, Qatar telah menjadi tuan rumah kepemimpinan politik Taliban serta negosiator perdamaian kelompok itu, AS, dan pemerintah Afghanistan sebelumnya. Qatar juga menjabat sebagai perantara antara AS dan Taliban tujuh tahun lalu selama negosiasi pembebasan lima tahanan Taliban dengan seorang sersan AS, Bowe Bergdahl.

Segera setelah Taliban mengambil alih Kabul dua minggu lalu, pengaruh Qatar terlihat jelas. Mengutip Washingtop Post, peristiwa itu disiarkan langsung di saluran berita Al Jazeera milik Qatar, dan wartawan Al Jazeera diberi akses eksklusif ke pejabat Taliban dan ke adegan pejuang kelompok itu memasuki istana kepresidenan Kabul.

Hubungan Qatar dengan Taliban telah menjadikan Doha sebagai kontak utama bagi negara-negara yang mencari pengaruh di Afghanistan. Bahkan Taliban memiliki kantor perwakilan resmi sejak 2013 di Qatar.

Qatar sebenarnya juga sekutu dekat AS. Negeri itu menjadi markas dari pasukan AS di Timur Tengah.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular