
Ini Tren Konsumsi Bensin Premium Sejak 2016, Saatnya Dihapus?

Jakarta, CNBC Indonesia - Serapan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) untuk bensin dengan nilai oktan (RON) 88 atau Premium sejak 2016 sampai dengan 2021 ini trennya fluktuatif alias bervariasi.
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat, serapan Premium tahun 2016 mencapai 10,62 juta kilo liter (kl). Lalu pada 2017 turun drastis menjadi 6,99 juta kl. Namun pada 2018 kembali naik menjadi 9,14 juta kl, dan tahun 2019 kembali naik - bahkan di atas tahun 2016 - menjadi 11,60 juta kl.
Direktur BBM BPH Migas Patuan Alfon Simanjuntak mengatakan, kenaikan serapan Premium pada 2019 disebabkan karena saat itu merupakan tahun politik di mana pergerakan masyarakat meningkat, sehingga konsumsi Premium juga ikut naik.
"Tahun 2019 merupakan tahun politik, sehingga banyak pergerakan masyarakat dalam rangka pesta demokrasi, sehingga konsumsi JBKP meningkat," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (25/08/2021).
Kemudian setelah 2019 tren konsumsi Premium kembali turun. Pada 2020 saat pandemi Covid-19 melanda, serapannya turun menjadi 8,50 juta kl, lalu pada 2021 ini, serapan Premium juga terlihat menurun. Selama Januari-Juli 2021, serapan Premium yakni hanya 2,71 juta kl atau hanya 27,18% dari kuota tahun ini sebesar 10 juta kl.
Terkait rendahnya serapan Premium ini, PT Pertamina (Persero) pun angkat bicara. Putut Andriatno, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Trading & Commerce Pertamina, mengatakan bahwa penyebab dari rendahnya serapan Premium saat ini adalah karena kesadaran masyarakat yang semakin baik pada penggunaan BBM yang berkualitas, sesuai dengan spesifikasi kendaraannya.
"Saat ini masyarakat sudah mulai sadar dan menggunakan BBM berkualitas atau BBM yang sesuai dengan spec (spesifikasi) kendaraannya," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (24/08/2021).
Selain karena kesadaran masyarakat yang semakin baik, menurutnya penurunan konsumsi ini juga merupakan akibat dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh pemerintah dalam rangka menekan penyebaran pandemi Covid-19.
"Salah satunya (karena imbas PPKM) karena total gasoline selama PPKM turun di kisaran 10%," paparnya saat ditanya apakah ada pengaruh dari penerapan PPKM.
Namun di sisi lain, ada peningkatan dari sisi penyerapan bensin dengan oktan lebih tinggi atau merek Pertalite (RON 90).
Pertamina mencatat, konsumsi Pertalite di beberapa daerah mengalami peningkatan 1-2%. Itu juga dengan asumsi ada penurunan dibandingkan kondisi normal karena adanya PPKM.
"Secara proporsi, produk di daerah-daerah yang sedang melaksanakan program edukasi (tentang manfaat BBM ramah lingkungan) naik 1% sampai dengan 2%," paparnya.
Anggota Tim Reformasi & Tata Kelola Migas (2014-2015) Fahmy Radhi menilai penurunan konsumsi Premium ini mestinya dimanfaatkan pemerintah untuk menghapus bensin Premium.
"Iya, momentum penurunan penggunaan Premium dapat dimanfaatkan untuk menghapus Premium," tegasnya.
Berdasarkan data BPH Migas, berikut data serapan bensin Premium sejak 2016-2021 :
Tahun 2016 : 10,62 juta kl
Tahun 2017 : 6,99 juta kl
Tahun 2018 : 9,14 juta kl
Tahun 2019 : 11,60 juta kl
Tahun 2020 : 8,50 juta kl
Tahun 2021 : 2,71 juta kl (Januari-Juli 2021).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sekarang Premium, Siap-Siap Pertalite Juga Bakal Dihapus
