
Pakai Bensin Premium Malah Bikin 'Boncos', Benarkah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) kualitas rendah alias Premium membuat masyarakat harus merogoh kocek lebih banyak untuk merawat kendaraannya.
Hal tersebut disampaikan YLKI dalam rangka merespon pertanyaan CNBC Indonesia terkait keberpihakannya dalam upaya pemerintah menggapai cita-cita energi bersih atau karbon netral pada 2050.
Ketua YLKI Tulus Abadi mengungkapkan, dalam mereduksi gas karbon, maka pemerintah harus mewujudkan jenis BBM yang berstandar Euro, minimal Euro 2.
"Jika hal tersebut tak bisa diwujudkan, maka polusi udara di Indonesia, terkhusus di kota-kota besar akan semakin pekat," jelas Tulus kepada CNBC Indonesia, Kamis (30/12/2021).
Tulus menilai, dalam upaya melindungi warganya, mandat untuk mewujudkan program mengurangi emisi gas karbon bukan hanya mandat pemerintah pusat saja, pemerintah daerah punya tanggung jawab yang sama.
Selain itu, tingginya pencemaran dan polusi udara bukan hanya berdampak pada biru atau hitamnya langit saja, tapi berdampak pada kesehatan masyarakat.
YLKI mencatat, menurut data dan analisa dari para ahli kesehatan, 60% prevalensi penyakit tidak menular justru dipicu oleh pencemaran udara. Dengan demikian, pencemaran udara berkontribusi signifikan terhadap kesehatan masyarakat, dengan memicu tingginya prevalensi penyakit tidak menular.
Di samping itu, Tulus menilai masyarakat pun harus konsisten menggunakan jenis BBM yang kompatibel dengan mesin kendaraannya.
"Jangan menzalimi mesin kendaraannya jika memang mesin kendaraannya harus menggunakan tipe BBM Euro 2," jelas Tulus.
Lagipula, imbuh Tulus tujuannya adalah menghemat anggaran, maka yang terjadi sebaliknya jika masyarakat menggunakan BBM berkualitas rendah.
"BBM kualitas rendah (premium) kilo kalori yang terkandung berbeda jauh dengan Pertamax, sehingga akan menghasilkan energi yang rendah. Belum lagi jika harus merogoh kocek lebih banyak untuk biaya perawatan," tuturnya.
"Sebab BBM kualitas rendah sangat korosif terhadap mesin kendaraan, menggerogoti onderdil tertentu. Niatnya hemat, malah boncos," kata Tulus melanjutkan.
Tulus menekankan, dalam mewujudkan konsumsi BBM yang ramah lingkungan sesuai standar Euro 2 dan Euro 4 adalah pilihan yang tak terelakkan.
"Kita berharap kota- kota di Indonesia konsisten mewujudkan program langit biru, demi melindungi warganya. Bukan malah sebaliknya, meracuni warganya dengan BBM yang tidak berkualitas dan tidak ramah lingkungan (Premium)," tegas Tulus.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sekarang Premium, Siap-Siap Pertalite Juga Bakal Dihapus