Internasional

Dari Beijing hingga Wuhan, China 'Diacak-acak' Varian Delta

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Kamis, 05/08/2021 10:10 WIB
Foto: Ilustrasi bendera China. AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus Covid-19 harian di China kembali meningkat. Kebangkitan kasus terjadi di kota-kota besar dari Beijing hingga Wuhan.

Hal ini terjadi sejak 20 Juli lalu. Setelah virus terdeteksi di Nanjing, Provinsi Jiangsu dari penerbangan pesawat asal Rusia, kasus naik bahkan hampir menyentuh 500 kasus.


Kemarin, Rabu (4/8/2021), pemerintah mengonfirmasi 96 kasus Covid-19 baru. Dari keseluruhan, sebanyak 71 kasus adalah transmisi lokal.

Kenaikan kasus transmisi lokal adalah rekor terbaru sejak enam bulan ini. China pun melakukan pengujian massif dan mengunci jutaan orang melalui karantina mikro dan wilayah.

Media pemerintah Xinhua, melaporkan bagaimana otoritas berwenang mendesak orang-orang membatasi perjalanan dan menghindari pertemuan. Transportasi mulai dari penerbangan, kereta api, hingga bus jarak jauh ditangguhkan.

Tindakan keras pemerintah ini membuat sejumlah pihak khawatir. Ini disebut bisa merugikan ekonomi China, satu-satunya negara yang tumbuh di 2020.

Ketika akhir 2019 kasus corona muncul pertama kali, China melakukan lockdown berbulan-bulan di Wuhan yang menjadi hotspot Covid-19. Tujuannya hanya satu, untuk mengendalikan wabah.

Ini memukul ekonomi China saat itu. Ekonomi di kuartal I (Q1) 2020 sempat kontraksi alias minus 6,8%. Namun ekonomi membaik di sejak kuartal III 2020.

"China telah menunjukkan sebelumnya bahwa mereka bersedia mengambil tindakan keras untuk mengendalikan Covid dan kami tidak ragu bahwa itu akan melakukannya lagi kali ini," Robert Carnell, kepala penelitian Asia-Pasifik di bank Belanda ING dikutip CNBC International, Kamis (5/8/2021).

"Pembatasan ketat pada pergerakan dan perjalanan yang sudah ada kemungkinan akan membawa hasil yang diinginkan. Tetapi varian Delta adalah makhluk kecil yang sangat licin, dan menarik perhatian kita. Kami membayangkan, seberapa cepat dan berapa biaya ekonomi untuk sementara waktu."

Sementara itu, analis lain menilai pengeluaran rumah tangga China akan tertunda akibat varian Delta. Penyebaran geografis varian Delta akan menjadi perhatian otoritas Tiongkok, apalagi strain itu kini menyebar di 20 provinsi di wilayah itu.

"Kami telah melihat bahwa mereka (pemerintah China) memiliki toleransi yang sangat rendah terhadap (Covid-19), bahkan gejolak yang relatif kecil," kata ekonom Asia di konsultan Oxford Economics, Sian Fenner.

"Kita berharap bahwa dengan peningkatan tingkat vaksinasi, itu benar-benar akan meningkatkan konsumsi ... tetapi sepertinya kami berada di jalur lambat lainnya ke depan dan ... pemulihan yang tertunda dalam pengeluaran rumah tangga."

Sebelumnya IMF memproyeksi proyeksi pertumbuhan ekonomi 8,1% di China.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inflasi China Kembali Anjlok, Kekhawatiran Deflasi Makin Dalam