Mereka Sebut PPKM Darurat Tak Nendang & Sarankan RI Lockdown

Lidya Julita Sembiring & Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
19 July 2021 06:17
Presiden RI pada Ratas Evaluasi PPKM Darurat, Istana Merdeka, 16 Juli 2021. (Dok: Biro Pers - Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden RI pada Ratas Evaluasi PPKM Darurat, Istana Merdeka, 16 Juli 2021. (Dok: Biro Pers - Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat dianggap tidak efektif dalam menurunkan mobilitas dan penyebaran kasus positif covid-19. Ketimbang sia-sia, lebih baik pemerintah ambil keputusan lockdown secara daerah atau regional.

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menjelaskan bahwa mengenai pelaksanaan PPKM Darurat yang sudah berlangsung selama 11 hari ini pada kenyataannya banyak multi tafsir dalam penerapannya.

"Kebijakan ini kadang subjektif dan kadang multi tafsir oleh penegak hukum di lapangan. PPKM juga kan pendekatannya spasial atau tidak berlaku menyeluruh," jelas Hermawan kepada CNBC Indonesia.

Seperti diketahui, melalui PPKM Darurat pemerintah memutuskan untuk membatasi aktivitas masyarakat, namun bagi masyarakat yang bekerja di sektor esensial, masih diperbolehkan untuk bekerja dari kantor dengan hanya menunjukkan Surat Tanda Registrasi Pekerja (STRP) atau surat keterangan lain yang dikeluarkan pemerintah daerah setempat.

Oleh karena itu, menurut Hermawan, pelaksanaan PPKM Darurat ini sebenarnya tidak serta merta memutus mata rantai Covid-19, tapi hanya menekan dan melandaikan penularan kasus sementara.

Dalam memutus mata rantai penularan virus corona, kata Hermawan satu-satunya jalan adalah dengan melakukan karantina wilayah atau lockdown.

"Memang perlu upaya luar biasa sebenarnya. Kami di awal merekomendasikan lockdown adalah langkah yang tepat, tapi keputusan sudah diambil pemerintah. Mudah-mudahan saja ada dampak, karena (dampak) PPKM baru terlihat 2-3 minggu setelahnya," jelas Hermawan.

"Mungkin pemerintah mengambil perpanjang-perpanjang terus (PPKM), tapi kalau kami dari awal merekomendasikan untuk lockdown regional pulau Jawa," kata Hermawan melanjutkan.

Adapun menurut Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman berpandangan bahwa PPKM Darurat sebenarnya masih punya harapan untuk mengurangi kasus Covid-19 di tanah air. Namun dibutuhkan waktu, komitmen, dan konsisten seluruh lapisan untuk benar-benar menerapkan protokol kesehatan.

"Walaupun sejauh ini belum bisa menurunkan growth rate atau angka kasus dan kematian, juga positivity rate, ya tinggal ditingkatkan sebetulnya secara kualitas dan kuantitas (penerapan PPKM)," ujarnya.

Pemerintah jika ingin mengganti kebijakan PPKM, kata Dicky sebaiknya diubah dengan kebijakan lockdown sekaligus. Tapi, jika memang lockdown tidak memungkinkan, diperkuat saja pelaksanaan PPKM Darurat, dengan perkuat monitoring atau pengawasannya dan capaian target-targetnya.

Kementerian Kesehatan menyatakan angka kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah sebanyak 44.721 kasus sampai dengan Minggu (18/7/2021). Lebih rendah dari sehari sebelumnya, namun masih sangat tinggi.

Sampai dengan hari ini, akumulasi kasus positif secara nasional mencapai 2.877.476 kasus.

Pasien yang sembuh bertambah sebanyak 29.264 orang, sehingga secara akumulasi, jumlah pasien Covid-19 yang berhasil sembuh mencapai 2.261.658 orang.

Angka kematian akibat Covid-19 bertambah menjadi 1.093 orang dan secara akumulasi mencapai 73.582 orang di Indonesia.

Jumlah kasus aktif Covid-19 mencapai 542.236 orang atau bertambah sebanyak 14.364 dengan spesimen sebanyak 192.918 orang dan suspek sebanyak 253.785 orang.

Economist Asia-Pacific S&P Global Ratings Vishrut Rana memandang bahwa penularan kasus virus corona pada saat ini di Indonesia lebih parah dibandingkan penularan sebelumnya.

Hal ini yang kemudian berdampak terhadap operasional ekonomi, mengingat pemerintah memutuskan untuk menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat.

Namun, menurut Vishrut, dari kebijakan pemerintah saat ini nampaknya belum mampu mengontrol secara keseluruhan penularan kasus. Oleh karena dia berharap, Indonesia bisa mengambil kebijakan lain seperti lockdown atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti tahun 2020 silam.

"Kami berharap Indonesia tetap berpegang pada pendekatan yang ditargetkan untuk lockdown dan manajemen pandemi lainnya," jelas Vishrut dalam sebuah webinar akhir pekan lalu.

"Pendekatan selama tahun 2020 ini memungkinkan pengeluaran dan produksi bertahan dengan relatif baik terhadap pasar lain di kawasan ini," kata Vishrut melanjutkan.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular