
Horang Kaya Ramai Obral Rumah, Benarkah Harga Sedang Anjlok?

Apakah harga rumah sejatuh itu? Mengutip hasil Survei Harga Properti Residensial keluaran Bank Indonesia (BI), sebenarnya harga rumah masih naik. Namun memang laju pertumbuhannya melambat.
Pada kuartal I-2021, indeks harga properti residensial berada di 214,95. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), naik 1,33%.
Walau naik, tetapi lajunya melambat dibandingkan kuartal IV-2020 yang tumbuh 1,43%. Perlambatan ini konsisten terjadi selama enam kuartal terakhir.
Apa yang membuat penjualan rumah tumbuh semakin terbatas? Kebanyakan jawaban responden adalah kenaikan harga bahan bangunan (14,75%). Ini membuat harga rumah menjadi semakin mahal dan tidak terjangkau oleh dompet rakyat kebanyakan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, laju inflasi untuk bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal adalah 4,47% yoy pada Juni 2021. Lebih tinggi ketimbang inflasi umum (headline) yang cuma sekitar 1% yoy.
Pada kuartal I-2020, rata-rata inflasi bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal adalah 3,13%. Padahal Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita malah turun 3,71% pada 2020 dibandingkan tahun sebelumnya. So, wajar saja harga rumah semakin di awang-awang.
Faktor lain yang membatasi penjualan rumah adalah suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Per April 2021, rerata suku bunga KPR adalah 9,24% per tahun. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 9,23% per tahun.
Dalam setahun terakhir, rata-rata suku bunga KPR hanya turun 12 basis poin (bps). Sementara suku bunga deposito satu bulan (yang menjadi acuan biaya dana perbankan) sudah berkurang 204 bps. Wajar saja kalau masyarakat menilai suku bunga KPR masih kelewat mahal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)