
Duh, Pabrik Tekstil Ngos-ngosan Cicil Utang, Bank Makin Takut

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 telah membuat beberapa industri harus bernafas dengan tersengal-sengal. Beragam sektor bahkan dilaporkan sudah mulai tumbang berjatuhan dengan aset yang mulai diobral untuk menutupi kerugian.
Salah satu sektor yang terpukul cukup parah adalah industri tekstil. Mereka dilaporkan mengalami kesulitan finansial dan tak sanggup untuk mencicil utangnya kepada pihak bank. Hal ini membuat pihak perbankan ketakutan, terutama perbankan asing, yang mulai menarik portofolio dari sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT).
"Jadi, bank asing ini menarik diri dari portofolio TPT, jadi susah untuk mendapatkan kebutuhan modal kerja. Jadi misalnya modal kerja biasa itu kebutuhan Rp 10 miliar, sekarang paling hanya dapat Rp 8-7 miliar. Sulit untuk me-running full operasional," kata Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa, Jumat (18/6/2021).
Jemmy mengatakan bahwa saat ini selain modal, para pelaku usaha membutuhkan akses pasar yang luas, baik domestik maupun mancanegara.
Selain itu, Jemmy menambahkan, biaya ongkos logistik juga semakin mahal, misalnya harga angkut kontainer yang naik berkali-kali lipat dibandingkan negara lain.
"Covid-19 ini menghantam seluruh dunia, jadi karena letak geografis Indonesia di bawah jadi kita kalau ekspor ke Eropa dan Amerika Latin itu mahal sekali. Posisi mereka di atas, kita di bawah jauh. Contoh Indonesia ke Turki dulu biaya Freight US$ 3.000, sama India ke Turki paling US$ 2.000, beda beda US$ 1000," katanya.
"Nah sekarang ini bedanya bisa sampai US$ 8.700 untuk kontainer berukuran 40 kaki, ini kan masalah banget, istilahnya kita mau bayar harga standard cost and freight (CFR)," tambahnya.
Hal ini dirasa sudah sangat mengganggu daya saing produk tekstil Indonesia di pasar ekspor.
"Kita buka pasar lebar dengan populasi besar, tapi ekspor ke negara tersebut dipersulit, ini kita sama-sama benahi, dan bereskan. Ini akan membuat Usaha Kecil dan Menengah rontok," katanya.
Begitu juga dengan serbuan barang impor di pasar e-commerce. Menurutnya pemerintah sudah harus segera membenahi, supaya UKM tekstil dalam negeri dapat bersaing di dalam pasar domestik.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menperin Sebut Industri Tekstil Babak Belur Dihajar Pandemi
