Jika RI Terpaksa Lockdown, Apa Dampaknya? Resesi Kumat Lagi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 June 2021 06:03
Tenaga kesehatan menyuntikan vaksin kepada warga di MTs As-Syafiiyah, Cilangkap, Jakarta, Kamis (3/6/2021). Vaksinasi massal di zona merah RT 03/ RW 03 Cilangkap akibat klaster halal bi halal itu dilakukan terhadap warga yang telah menjalani tes usap dengan hasil negatif. Vaksinasi diberikan kepada warga yang sebelumnya telah dinyatakan negatif Covid-19 hasil swab PCR. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Tenaga kesehatan menyuntikan vaksin kepada warga di MTs As-Syafiiyah, Cilangkap, Jakarta, Kamis (3/6/2021). Vaksinasi massal di zona merah RT 03/ RW 03 Cilangkap akibat klaster halal bi halal itu dilakukan terhadap warga yang telah menjalani tes usap dengan hasil negatif. Vaksinasi diberikan kepada warga yang sebelumnya telah dinyatakan negatif Covid-19 hasil swab PCR. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Dengan kasus corona yang semakin ganas, suara-suara untuk mulai mengetatkan kembali aktivitas masyarakat mulai bermunculan. Alasannya, ini perlu dilakukan untuk menyelamatkan nyawa.

"Kita harus cemas melihat kenyataan varian virus sudah berkumpul di Indonesia. Varian delta dan alpha sudah mendominasi. Harus ada keberanian melakukan karantina di wilayah yang sedang meningkat kasusnya," tegas Pandu Riono, Epidemiolog Universitas Indonesia.

Apakah jika (sekali lagi, jika) lockdown benar-benar diberlakukan Indonesia bakal terus terjebak di 'jurang' resesi ekonomi?

Sepertinya tidak. Sebab, pada kuartal II-2021 hampir bisa dipastikan PDB bakal kembali tumbuh positif, tidak lagi terkontraksi.

Dampak pandemi terhadap ekonomi yang paling parah terjadi pada kuartal II-2020, di mana PDB mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) lebih dari 5%. Kuartal II-2020 adalah basis, patokan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021.

Dengan kondisi yang saat ini sudah jauh lebih baik, maka hampir pasti ekonomi kuartal II-2021 bakal tumbuh positif. Tidak sekadar tumbuh, tetapi sepertinya lumayan tinggi.

Pertumbuhan PDB yang positif pada kuartal II-2021 akan memutus rantai kontraksi yang terjadi selama empat kuartal beruntun. Dengan demikian, Indonesia akan resmi 'lulus' dari ujian resesi, tidak perlu mengulang.

Namun jika lockdown diberlakukan dalam waktu lama, maka akan berdampak kepada 'perut' jutaan rakyat Indonesia. Ada kemungkinan Indonesia kembali mengalami kontraksi ekonomi. Ada kemungkinan angka pengangguran dan kemiskinan naik lagi.

Pada Agustus 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan tingkat pengangguran mencapai 7,07%, Ini adalah yang tertinggi sejak Agustus 2010. Kerja keras menurunkan angka pengangguran dalam 10 tahun hancur begitu saja.

Kemudian per September 2020, tingkat kemiskinan naik ke 10,19%, tertinggi sejak Maret 2017. Tingkat kemiskinan yang susah payah diturunkan ke satu digit sudah kembali menyentuh dua digit.

Lockdown mungkin bisa menyelamatkan nyawa. Namun harga yang harus dibayar sangat mahal, yaitu hilangnya mata pencarian jutaan rakyat Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular