Kasus Corona Dekati 2 Juta! Sudah Harus Lockdown, Pak Jokowi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 June 2021 10:55
Penerapan lockdown atau penguncian wilayah di Kelurahan Kayu Putih, Jakarta, Selasa (8/6/2021). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Penerapan lockdown atau penguncian wilayah di Kelurahan Kayu Putih, Jakarta, Selasa (8/6/2021). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) kembali menggila di Indonesia. Apakah sudah saatnya pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) lebih tegas dalam membatasi kegiatan rakyat? Apakah sudah saatnya Indonesia menerapkan karantina wilayah alias lockdown?

Per 16 Juni 2021, Kementerian Kesehatan melaporkan total pasien positif corona di Tanah Air berjumlah 1.937.652 orang. Bertambah 9.944 orang dari hari sebelumnya, kenaikan harian tertinggi sejak 22 Februari 2021.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 7.563 orang per hari. Melonjak dibandingkan rata-rata 14 hari sebelumnya yaitu 5.619 orang per hari.

Angka kasus aktif juga terus meningkat. Kasus aktif adalah jumlah pasien yang masih menjalani perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun mandiri. Data ini memberi gambaran seberapa berat beban yang diemban sistem pelayanan kesehatan di suatu negara.

Per 16 Juni 2021, jumlah kasus aktif corona di Indonesia adalah 120.306 orang. Bertambah 3.519 orang dari hari sebelumnya.

Dalam dua pekan terakhir, rata-rata kasus aktif bertambah 1.424 orang per hari. Naik dibandingkan rerata dua minggu sebelumnya yakni 895 orang setiap harinya.

Lonjakan kasus tidak lepas dari mobilitas masyarakat yang semakin tinggi. Virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini memang semakin mudah menyebar ketika terjadi peningkatan interaksi dan kontak antar-manusia.

Mengutip Apple Mobility Index, rata-rata indeks mobilitas warga +62 dengan mengemudi adalah 119,59. Artinya sudah lebih tinggi ketimbang masa pra-pandemi, lebih tinggi ketimbang kondisi normal. Masyarakat sudah tidak lagi #dirumahaja.

Halaman Selanjutnya --> Indonesia Perlu Lockdown?

Oleh karena itu, mulai muncul pendapat bahwa Indonesia perlu memperketat pembatasan aktivitas masyarakat. Ini perlu dilakukan untuk menyelamatkan nyawa.

"Kita harus cemas melihat kenyataan varian virus sudah berkumpul di Indonesia. Varian delta dan alpha sudah mendominasi. Harus ada keberanian melakukan karantina di wilayah yang sedang meningkat kasusnya," tegas Pandu Riono, Epidemiolog Universitas Indonesia.

Akan tetapi, lockdown bakal berdampak sangat signifikan. Berkaca pada pengalaman Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada kuartal II-2020, ekonomi Ibu Pertiwi 'mati suri'. Pengangguran melonjak, kemiskinan semakin marak, gara-gara 'roda' ekonomi yang tidak bergerak.

Pada Agustus 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan tingkat pengangguran mencapai 7,07%, Ini adalah yang tertinggi sejak Agustus 2010. Kerja keras menurunkan angka pengangguran dalam 10 tahun hancur begitu saja.

Kemudian per September 2020, tingkat kemiskinan naik ke 10,19%, tertinggi sejak Maret 2017. Tingkat kemiskinan yang susah payah diturunkan ke satu digit sudah kembali menyentuh dua digit.

Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan membuat ekonomi Indonesia mengkerut. Pada 2020, Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air tumbuh -2,07%, catatan terburuk sejak 1998.

Halaman Selanjutnya --> Walau Ada Lockdwown, Rasanya Ekonomi Tak Lagi Resesi

Apakah jika (sekali lagi, jika) lockdown benar-benar diberlakukan Indonesia bakal terus terjebak di 'jurang' resesi ekonomi? Sepertinya tidak. Sebab, pada kuartal II-2021 hampir bisa dipastikan PDB bakal kembali tumbuh positif, tidak lagi terkontraksi.

Dampak pandemi terhadap ekonomi yang paling parah terjadi pada kuartal II-2020, di mana PDB mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) lebih dari 5%. Kuartal II-2020 adalah basis, patokan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021.

Dengan kondisi yang saat ini sudah jauh lebih baik, maka hampir pasti ekonomi kuartal II-2021 bakal tumbuh positif. Tidak sekadar tumbuh, tetapi sepertinya lumayan tinggi.

Pertumbuhan PDB yang positif pada kuartal II-2021 akan memutus rantai kontraksi yang terjadi selama empat kuartal beruntun. Dengan demikian, Indonesia akan resmi 'lulus' dari ujian resesi, tidak perlu mengulang.

Namun jika lockdown diberlakukan dalam waktu lama, maka akan berdampak kepada angka kuartal III-2021. Ada kemungkinan Indonesia kembali mengalami kontraksi ekonomi. Ada kemungkinan angka pengangguran dan kemiskinan naik lagi.

Lockdown mungkin bisa menyelamatkan nyawa. Namun harga yang harus dibayar sangat mahal, yaitu hilangnya mata pencarian jutaan rakyat Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular