Dari Harga Minyak ICP Hingga BBM, Ini Usulan buat RAPBN 2022

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
02 June 2021 13:08
Minyak Bumi
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan usulan asumsi makro sektor energi untuk Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2022 kepada Komisi VII DPR RI dalam Rapat Kerja hari ini, Rabu (02/06/2021).

Menteri ESDM Arifin Tasrif menuturkan pihaknya mengusulkan harga minyak mentah (Indonesian Crude Price/ ICP) pada asumsi makro RAPBN 2022 mencapai sekitar US$ 55-65 per barel, lebih tinggi dari asumsi ICP pada APBN 2021 yang dipatok sebesar US$ 45 per barel.

Perkiraan ICP pada 2022 ini menurutnya dengan pertimbangan sejumlah faktor, termasuk realisasi ICP hingga saat ini, perkiraan ICP hingga akhir tahun ini, dan perkiraan dunia terhadap harga minyak mentah pada tahun depan.

Dia memaparkan, meski asumsi ICP dalam APBN 2021 ini ditetapkan sebesar US$ 45 per barel, namun realisasi ICP dari Januari-Mei 2021 menurutnya telah mencapai US$ 60,92 per barel.

Melihat realisasi ICP hingga Mei ini, maka pihaknya memperkirakan ICP pada 2021 ini rata-rata bisa mencapai sebesar US$ 60 per barel. Namun demikian, dia menegaskan, dinamika harga minyak dunia sulit diproyeksikan.

Beberapa proyeksi dari berbagai pihak polling, seperti Reuters dan Departemen Energi Amerika Serikat, harga minyak dunia pada 2022 diperkirakan US$ 56,74- 64,52.

Selain itu, lanjutnya, kebijakan negara-negara pengekspor minyak (OPEC+), kondisi fundamental AS, dan Tiongkok menurutnya juga akan memengaruhi harga minyak mentah dunia. Pulihnya ekonomi sejumlah negara dengan dibukanya kembali pembatasan wilayah dan pergerakan masyarakat, serta peningkatan impor minyak mentah Tiongkok akan menggerakkan permintaan minyak global.

"Dengan pertimbangan hal tersebut, maka pemerintah usulkan ICP tahun anggaran 2022 US$ 55-65 per barel," ungkap Arifin dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (02/06/2021).

Selanjutnya, Arifin menjelaskan produksi terangkut (lifting) minyak dan gas bumi (migas) pada 2022 diusulkan sekitar 1,717-1,829 juta barel setara minyak per hari (BOEPD), terdiri dari lifting minyak sekitar 686-726 ribu barel per hari (bph) dan lifting gas bumi 1,031-1,103 juta BOEPD.

Usulan lifting migas pada 2022 ini juga meningkat dari APBN 2021 yang ditetapkan sebesar 1,712 juta BOEPD untuk migas, terdiri dari 705 ribu bph untuk minyak dan 1,007 juta BOEPD untuk gas bumi.

Namun demikian, melihat kondisi realisasi lifting migas yang masih rendah hingga Mei ini, maka pihaknya memperkirakan lifting migas pada 2021 ini lebih rendah dibandingkan target dalam APBN 2021.

"Outlook lifting migas 2021 1,669 juta BOEPD, terdiri dari minyak bumi 682 ribu bph dan lifting gas 987 ribu BOEPD," ujarnya.

Melihat capaian dan outlook tahun 2021, Kementerian ESDM mengusulkan lifting migas tahun 2022 sebesar 1,71-1,82 juta BOEPD.

"Usulan untuk RAPBN 2022, dengan mempertimbangkan harga minyak, lifting migas diusulkan sekitar 1,717-1,829 juta BOEPD, terdiri dari lifting minyak bumi 686-726 ribu bph dan gas bumi 1,031-1,103 juta BOEPD," tuturnya.

Namun demikian, menurutnya pemerintah akan terus mendorong Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) atau produsen migas untuk meningkatkan produksi migasnya.

Terkait dengan biaya produksi migas yang dikembalikan pemerintah kepada kontraktor (cost recovery), realisasi cost recovery sampai Mei mencapai US$ 2,28 miliar. Adapun outlook hingga 2021 adalah sebesar US$ 8,52 miliar, lebih tinggi dari asumsi di APBN 2021 yang sebesar US$ 8,07 miliar.

"RAPBN 2022 cost recovery sebesar US$ 8,65 miliar," ungkapnya.

Selanjutnya, volume BBM subsidi untuk 2022 diusulkan mencapai 14,80-15,58 juta kilo liter (kl), lebih rendah dari target di APBN 2021 yang sebesar 16,30 juta kl. Asumsi volume BBM subsidi 2022 itu terdiri dari minyak tanah 0,46-0,48 juta kl dan solar 14,34-15,10 juta kl.

Turunnya asumsi volume BBM bersubsidi pada 2022 ini juga berdasarkan pertimbangan realisasi dan outlook volume BBM bersubsidi hingga akhir tahun ini.

Dia memaparkan, dari target volume BBM bersubsidi di APBN 2021 sebesar 16,3 juta kl, terdiri dari minyak tanah 500 ribu kl dan solar 15,8 juta kl, hingga Mei 2021 realisasi volume BBM subsidi mencapai 5,61 juta kl, terdiri dari minyak tanah 0,19 juta kl dan solar 5,42 juta kl.

"Outlook BBM subsidi 2021 sebesar 14,79 juta kl, terdiri dari minyak tanah 0,46 juta kl dan solar 14,33 juta kl," jelasnya.

Sementara volume LPG 3 kg pada RAPBN 2022 diusulkan 7,40-7,50 juta metrik ton (MT), hampir sama dari target dalam APBN 2021 yang sebesar 7,5 juta MT. Adapun realisasi hingga 27 Mei 2,96 juta MT. Hingga akhir tahun ini volume LPG 3 kg diperkirakan lebih rendah yakni sekitar 7,15 juta MT.

Adapun subsidi tetap minyak solar pada 2022 diusulkan tetap Rp 500 per liter dan subsidi listrik Rp 39,50-61,83 triliun dari target di APBN 2021 Rp 59,26 triliun.


Berikut rangkuman usulan Kementerian ESDM untuk asumsi makro sektor energi di RAPBN 2022 kepada Komisi VII DPR RI:

- ICP US$ 55-65 per barel.
- Lifting Migas 1.717.000-1.829.000 BOEPD
- Lifting Minyak 686-726 ribu barel per hari.
- Lifting Gas 1.031.000-1.103.000 BOEPD.
- Cost Recovery US$ 8,65 miliar.
- Volume BBM bersubsidi 14,80-15,58 juta kl.
- Volume Minyak Tanah 0,46-0,48 juta kl.
- Volume Minyak Solar 14,34-15,10 juta kl.
- Volume LPG 3 kg 7,40-7,50 juta metrik ton (MT).
- Subsidi tetap minyak solar (gasoil 48) Rp 500 per liter.
- Subsidi Listrik Rp 39,50-61,83 triliun.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi, Lifting Migas Semester I 2021 Tak Capai Target

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular