Harga Minyak Melesat, Penerimaan Negara Bisa Tembus Rp 142 T

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
28 May 2021 12:45
PHE WMO operasikan kembali anjungan PHE 12. (Dok. Pertamina Hulu Energi)
Foto: PHE WMO operasikan kembali anjungan PHE 12. (Dok. Pertamina Hulu Energi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan pendapatan negara dari sektor hulu migas pada 2021 ini bisa mencapai US$ 9,84 miliar atau sekitar Rp 141,7 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$), meningkat dari perkiraan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan sekitar US$ 7,28 miliar (Rp 104,9 triliun).

Proyeksi tersebut disampaikan oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (27/05/2021).

"Kami laporkan APBN tetapkan target penerimaan negara tahun ini US$ 7,2 miliar. Outlook (penerimaan negara) 2021 kami perkirakan bisa mencapai US$ 9,9 miliar," papar Dwi dalam RDP dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (27/05/2021).

Dwi mengatakan, perkiraan penerimaan negara yang bisa melampaui target ini dikarenakan harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ ICP) tahun ini rata-rata diperkirakan mencapai US$ 59,50 per barel, lebih tinggi dari asumsi ICP di APBN yang sebesar US$ 45 per barel.

Untuk total pendapatan sektor hulu migas pada tahun ini diperkirakan bisa mencapai US$ 25,43 miliar atau setara dengan Rp 366 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$).

Selain dengan asumsi penerimaan negara bisa sampai US$ 9,84 miliar, proyeksi pendapatan hulu migas ini terdiri dari cost recovery sebesar US$ 8,52 miliar (Rp 122,7 triliun) dan penerimaan untuk kontraktor atau produsen migas US$ 7,07 miliar (Rp 101,8 triliun).

Proyeksi ini naik dari rencana APBN 2021 sebesar US$ 21,07 miliar (sekitar Rp 303,5 triliun), terdiri dari cost recovery US$ 8,07 miliar (Rp 116,2 triliun), penerimaan negara US$ 7,28 miliar (Rp 104,9 triliun), dan penerimaan kontraktor US$ 5,72 miliar (Rp 82,3 triliun).

Lebih lanjut Dwi mengatakan, untuk tahun 2022 diproyeksikan harga minyak masih akan naik tipis ke posisi US$ 60 per barel.

"Tahun 2022, karena kelihatan lifting belum banyak perubahan, ada asumsi tekanan-tekanan, dengan asumsi harga minyak di US$ 60 per barel, maka angka penerimaan negara bisa sekitar US$ 9,76 miliar," ungkapnya.

Sebelumnya, Dwi pernah menyampaikan seiring dengan kenaikan harga minyak dan juga efisiensi di cost recovery, maka ini berdampak pada penerimaan negara di atas ekspektasi.

"Realisasi penerimaan negara pada kuartal I 2021 US$ 3,29 miliar atau 45,2% dari target satu tahun. Kalkulasi kami, US$ 500-600 juta terdampak dari efisiensi cost recovery," ujarnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Berisiko Tinggi Alami Tumpahan Minyak dari Kegiatan Migas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular