
Lagi, Lifting Minyak Tahun Ini Bakal Gagal Capai Target

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menargetkan produksi terangkut atau lifting minyak pada 2021 ini sebesar 705.000 barel per hari (bph) dan lifting gas bumi sebesar 5.638 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 1,01 juta barel setara minyak per hari (BOEPD), sesuai yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Meski baru melewati kuartal I 2021, Namun Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pesimistis jika target tersebut bakal tercapai.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, outlook lifting minyak sampai akhir tahun 2021 diproyeksikan hanya 682.000 bph. Artinya, hanya mencapai 96,73% dari target lifting tahun ini. Sementara untuk lifting gas bumi diproyeksikan hanya akan mencapai 5.527 MMSCFD atau 987.000 BOEPD atau sekitar 98% dari target.
Sampai Maret 2021, rata-rata lifting minyak sebesar 676 ribu bph dan gas bumi 989 ribu BOEPD.
Namun demikian, Dwi mengatakan akan berupaya agar lifting minyak bisa berada di posisi 700.000 bph sampai akhir tahun 2021. Tapi saat ini masih tetap menggunakan outlook 682.000 bph.
"Dengan segala upaya yang kami bahas dengan KKKS akhir tahun, mudah-mudahan kita kembalikan di angka 700.000 bph, tapi kita masih melihat outlook lifting minyak 682.000 bph sampai Desember 2021," ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (28/05/2021).
Lebih lanjut, Dwi membeberkan sejumlah kendala yang dihadapi SKK Migas dalam mengejar produksi tahun ini. Masalah yang ditemukan sampai dengan kuartal I menurutnya antara lain angka produksi yang rendah saat memasuki awal tahun (entry point) karena laju penurunan produksi alamiah yang lebih cepat dan lebih tinggi dari prognosis di beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) atau produsen migas, sehingga ada gap produksi minyak 14.200 bph dan gas 7 MMSCFD.
"Kemudian, unplanned shutdown karena beberapa hal terjadi, sehingga gap produksi 6.100 bph dan gas 90 MMSCFD," ujarnya.
Tantangan lainnya adalah mundurnya eksekusi pengeboran, sehingga membuat gap produksi sebesar 3.900 bph dan gas 1 MMSCFD. Kemudian, mundurnya jadwal operasi beberapa lapangan, sehingga membuat produksi minyak berkurang 800 bph dan gas 1 MMSCFD.
"Sehingga, berkurang total 25.000 bph minyak dan 99 MMSCFD gas dari target yang kita telah canangkan," kata Dwi.
Sementara upaya yang akan dilakukan pada tahun ini adalah menambah program kerja melalui pengeboran sumur workover dan well service. Melalui upaya ini, pihaknya berharap bakal meningkatkan produksi minyak sebesar 3.500 bph.
Optimasi produksi dari penerapan teknologi dengan skema 'no cure no pay' juga ditargetkan menambah produksi minyak 800 bph. Lalu, memfasilitasi hambatan proyek atau debottlenecking dan pengurasan stok diharapkan bisa menambah produksi minyak 2.400 bph.
Selanjutnya, optimasi penyerapan atau komersialisasi gas pada 9 KKKS. Melalui upaya ini diharapkan bisa menambah produksi sebesar 55 MMSCFD.
Dan terakhir, optimasi operasi dengan efisiensi bahan bakar dan program zero flare gas, diharapkan bisa menambah produksi gas sebesar 20 MMSCFD.
Melalui upaya-upaya di tahun 2021 tersebut, maka diharapkan akan menambah produksi minyak sebesar 6.700 bph dan kenaikan gas sebesar 55 MMSCFD.
"Sehingga total diharapkan produksi minyak akan bertambah 6,7 ribu bph dan gas 55 MMSCFD," ujarnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lifting Minyak 2022 Diperkirakan 704 Ribu Barel/Hari
