
Subsidi LPG Tembus Rp 20 T, Melesat 66% dari Kuota, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Subsidi Liquefied Petroleum Gas (LPG) pada 2021 ini dianggarkan sebesar Rp 40,29 triliun, termasuk Rp 3,72 triliun untuk pembayaran kekurangan subsidi 2018 dan 2019, dengan volume mencapai 7,5 juta metrik ton (MT).
Namun, realisasi nilai subsidi sampai April secara year to date (ytd) telah mencapai Rp 20,03 triliun atau lebih tinggi 66,6% dari kuota subsidi hingga April yang seharusnya hanya sebesar Rp 12,02 triliun.
Hal tersebut disampaikan oleh CEO PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading Pertamina, Alfian Nasution dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (31/05/2021).
"Realisasi subsidi LPG ytd hingga April 2021 ada kenaikan 66%, yakni sebesar Rp 20,03 triliun dari kuota ytd April Rp 12,02 triliun," jelasnya.
Dia mengatakan, tingginya realisasi subsidi LPG 3 kg ini karena harga kontrak LPG Aramco (Contract Price Aramco/ CPA) mengalami kenaikan dibandingkan dengan asumsi yang digunakan pada APBN.
Realisasi harga kontrak LPG Saudi Aramco rata-rata mencapai US$ 570 per MT selama Januari-April 2021, lebih tinggi dari asumsi APBN yang sebesar US$ 379 per MT.
"Karena harga CPA naik dari APBN yang diperkirakan sebesar US$ 379 per MT, tapi realisasi rata-rata CPA untuk Januari-April di atas US$ 500 atau US$ 570 per MT, naik 66% dari APBN," paparnya.
Dari sisi volume, lanjutnya, penyaluran LPG 3 kg pada 2021 ini yang ditargetkan sebesar 7,5 juta MT naik 5,1% dari realisasi penyaluran LPG 3 kg pada 2020 lalu. Sementara untuk realisasi ytd hingga April mencapai 2,42 juta MT, lebih rendah dari kuota sekitar 2,47 juta MT, namun lebih tinggi 4,9% dibandingkan April 2020 yang mencapai 2,30 juta MT.
Lebih lanjut dia mengatakan sebaran outlet di seluruh Indonesia hampir semua di atas 90%. Namun ada juga beberapa daerah yang di bawah 90%, misalnya Sumatera bagian Utara (Sumbagut) dan Kalimantan.
"Jabar, Jateng sudah tersedia di tiap desa, Sulawesi 100%, nasional 91%," ungkapnya.
Kendala daerah yang belum memiliki outlet menurutnya dikarenakan kendala geografis. Direncanakan pada akhir tahun 2021 Pertamina akan menyediakan outlet di Papua dan Maluku yang belum terkonvensi.
"Dengan selesainya di 2021 maupun awal 2022 konvensi Papua dan Maluku bisa segera lancar," jelasnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Catat! Mulai 2024 Beli LPG 3 Kg Cuma untuk yang Sudah Terdata
