
Alert Malaysia, Faskes Mau Collapse karena Corona

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingginya kasus corona di Malaysia menimbulkan ketakutan dan kemarahan warga akan 'runtuhnya' fasilitas kesehatan. Kenaikan kasus corona (Covid-19) di Malaysia tengah genting.
Dalam enam hari berturut-turut hingga Senin (24/5/2021) negara itu mencatat 6.000 kasus per hari. Selasa (25/5/2021), kasus harian bahkan menembus 7.289, tertinggi sepanjang wabah menyerang sejak awal 2020 lalu.
Selangor, yang mengelilingi Kuala Lumpur, masih menjadi negara bagian dengan kasus tertinggi di mana ada 2.642 kasus. Ini diikuti Johor dengan 664 kasus, Kuala Lumpur 604 kasus.
Dalam laporan Reuters, sebuah video berdurasi satu menit di media sosial ditunjukkan lima petugas medis yang menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap tengah berupaya menyadarkan pasien Covid-19 di pusat karantina tepi ibu kota Malaysia. Namun upaya tersebut akhirnya gagal.
Video ini menjadi contoh bagi banyak orang Malaysia salah langkah terbaru pemerintah mereka dalam upaya memerangi pandemi. Infeksi harian terus melonjak dalam sepekan terakhir.
Pasien dalam video adalah Abdul Malik Daim (43) meninggal di samping tempat tidur susunnya di fasilitas karantina pada hari Sabtu. Setelah tinggal selama tiga hari setelah dia dinyatakan positif.
Meski terus-terusan batuk, tapi pada pemeriksaan awal didiagnosis sebagai penderita obesitas dengan tekanan darah tinggi. Abdul Malik dipandang sebagai pasien berisiko rendah karena tidak ada gejala lain.
"Mungkin mereka harus menjalani pemeriksaan lagi atau menyuruh pasien untuk saling waspada, sehingga mereka bisa mendapatkan bantuan tepat waktu," kata saudaranya Abdul Rahim Daim.
Hal ini menimbulkan komentar di media sosial. Salah salah netizen bahkan menulis hastaq #KerajaanGagal merujuk ke pemerintah.
"Kapal kami tenggelam. Kapten tidak dapat dihubungi," tulisnya.
Kasus di Malaysia berdasarkan laporan lebih sedikit dari Indonesia dan Filipina tetapi rasio infeksi lebih dari 16.000 per juta. Berdasarkan data dari Pusat Studi Strategis dan Internasional, ini menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.
Kampanye vaksinasi yang dimulai pada Februari telah memicu tuduhan bahwa beberapa penerima mendapat dosis yang lebih rendah dari yang dibutuhkan. Lonjakan yang terjadi di Malaysia membuat sumber daya rumah sakit semakin tertekan, di mana tingkat hunian melebihi 70% pada pekan lalu.
Pakar kesehatan menyebut kematian dari Abdul Malik menandakan jika sudah terjadi kewalahan. Pihak berwenang memperketat pembatasan selama akhir pekan, meski beberapa industri perlu tetap buka.
"Banyak yang khawatir bahwa penutupan yang ketat akan merusak perekonomian. Tapi dampaknya akan lebih buruk dan berlangsung lebih lama jika tindakannya setengah hati," kata Adeeba Kamarulzaman, spesialis penyakit menular di Universitas Malaya
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Malaysia Darurat Corona, ICU Kehabisan Tempat Tidur