Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Tumbuh Sampai 8%! Yakin, Ibu?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 May 2021 07:00
Menteri Keuangan Sri Mulyani (CNBC Indonesia/ Andi Shalini)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (CNBC Indonesia/ Andi Shalini)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan mengeluarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021. Cukup optimistis, Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air diperkirakan bisa tumbuh hingga lebih dari 8%.

"Proyeksi kami untuk kuartal II antara 7,1% sampai 8,3%," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, kemarin.

Secara lebih rinci, konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh di kisaran 6-6,8%. Jauh membaik dibandingkan kuartal I-2021 yang terkontraksi (tumbuh negatif) 2,23%.

Sementara investasi atau Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) diperkirakan tumbuh 9,4-11,%. Juga jauh membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang -0,23%.

Kemudian ekspor 'diramal' tumbuh 14,9-19,7%, lebih cepat daripada kuartal I-2021 yang tumbuh 6,74% sementara impor diproyeksi naik 13-19,7% (sebelumnya tumbuh 5,27%). Terakhir, konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh 8,1-9,7% dari sebelumnya tumbuh 2,96%.

Well, bisa tumbuh 7,1% saja sudah bagus apalagi kalau bisa sampai 8,3%. Jika terwujud, maka akan menjadi catatan terbaik sepanjang era Reformasi.

Halaman Selanjutnya --> Konsumsi Rumah Tangga Bangkit

Kalau sekadar tumbuh, pasti PDB kuartal II-2021 bakal tumbuh. Pasalnya kuartal II-2020 yang dijadikan basis angkanya sangat rendah yaitu -5,32%. Ini adalah yang terendah sejak kuartal I-1999.

Pertanyaannya, apakah proyeksi 7,1-8,3% cukup realistis?

Ternyata proyeksi Kementerian Keuangan masih relatif sejalan dengan pasar. Bahan Sekuritas, misalnya, memperkirakan pertumbuhan ekonomi April-Juni 2021 sebesar 7,82% sementara Mirae Asset punya proyeksi di 6,75%.

Mari kita tengok satu per satu komponen pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran yang disebut Sri Mulyani. Pertama konsumsi rumah tangga.

Konsumsi rumah tangga, penyumbang lebih dari 50% dalam pembentukan PDB, memang hampir pasti bakal tumbuh tinggi pada kuartal II-2021. Ada beberapa indikator yang memberi konfirmasi akan hal itu.

Satu, Indeks Kepercayaan Konsumen pada April 2021 sudah menyentuh zona optimistis di atas 100, tepatnya 101,5. Ini menjadi yang pertama sejak April 2020.

IKK adalah salah satu indikator mula (leading indicator) yang berguna untuk 'menerawang' arah perekonomian ke depan. Jadi saat IKK positif, maka kemungkinan prospek ekonomi ke depan bakal cerah.

Pada Mei-Juni 2021, bukan tidak mungkin IKK terus bertahan di zona optimistis. Pasalnya, masyarakat semakin percaya diri mengarungi ekonomi karena berbagai 'keran' aktivitas yang sempat ditutup karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sudah dibuka secara bertahap. Selain itu, vaksinasi anti-virus corona juga semakin luas sehingga masyarakat lebih tenang dalam beraktivitas di luar rumah karena risiko terpapar virus menjadi lebih kecil.

Dua, masyarakat semakin berani untuk berbelanja. Bank Indonesia (BI) melaporkan rata-rata porsi penghasilan untu konsumsi (prospensity to consume) adalah 75,5% pada April 2021. Ini adalah yang tertinggi setidaknya sejak 2012.

Menariknya, hanya masyarakat dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta/bulan yang membukukan peningkatan konsumsi. Artinya, orang-orang kaya yang tadinya rajin menabung kini mulai berani berbelanja. Sudah keluar 'kandang'.

Tiga, impor barang konsumsi tumbuh semakin cepat. Pada April 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor barang konsumsi mencapai US$ 1,63 miliar, melonjak 34,11% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Nah, tiga data ini menunjukkan bahwa konsumsi sudah jauh membaik dibandingkan tahun lalu, saat pandemi sedang ganas-ganasnya dan aktivitas masyarakat begitu terbatas. Oleh karena itu, sah apabila kita berharap konsumsi rumah tangga akan tumbuh tinggi pada kuartal II-2021. Kalau konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi, maka ekonomi secara keseluruhan akan ikut terdongkrak.

Halaman Selanjutnya --> Investasi Ciamik, Ekspor Jangan Ditanya!

Kedua PMTB. Capaian kuartal I-2021 saja sudah mengesankan, di mana Badan Pusat Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang sekarang berubah wujud menjadi Kementerian Investasi melaporkan pertumbuhan sebesar 4,3% yoy.

Ekspansi dunia usaha juga terlihat dari dua indikator lain. Satu, impor barang modal terus meningkat. Pada April 2021, impor barang modal tumbuh 11,55,24% yoy. Impor barang modal terus tumbuh positif dalam tiga bulan beruntun.

Dua, aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) pun meningkat dan sudah menembus level ekspansi di atas 50. Pada April 2021, IHS Markit melaporkan skor PMI manufaktur Indonesia berada di 54,6, tertinggi dalam sejarah pencatatan.

Ketiga ekspor, kalau ini tidak perlu ditanya lagi. Pada Maret 2021, nilai ekspor Indonesia tercatat US$ 18,48 miliar, melonjak hampir 52% yoy. Ini adalah pertumbuhan tertinggi sejak Februari 2010.

Bulan ini, kemungkinan ekspor bisa tumbuh lebih tinggi. Sebab, ekspor Mei 2020 sebagai pembanding sangat anjlok, tumbuh -29,13%. Jadi sangat mungkin pertumbuhan ekspor bakal melampaui pencapaian April 2021.

Konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor adalah tiga komponen utama pembentuk PDB. Dengan melihat data yang ada sejauh ini, rasanya pertumbuhan tiga pos tersebut akan impresif pada kuartal II-2021.

So, apakah proyeksi Kementerian Keuangan bisa terwujud? Masih ada waktu sebulan lebih sedikit untuk itu. Kalau capaian yang ada bisa dipertahankan, apalagi ditingkatkan, maka tidak ada yang tidak mungkin.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article BI Pangkas Proyeksi PDB RI, Sri Mulyani: Kami Masih 4,5-5,3%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular