
Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Tumbuh Sampai 8%! Yakin, Ibu?

Kalau sekadar tumbuh, pasti PDB kuartal II-2021 bakal tumbuh. Pasalnya kuartal II-2020 yang dijadikan basis angkanya sangat rendah yaitu -5,32%. Ini adalah yang terendah sejak kuartal I-1999.
Pertanyaannya, apakah proyeksi 7,1-8,3% cukup realistis?
Ternyata proyeksi Kementerian Keuangan masih relatif sejalan dengan pasar. Bahan Sekuritas, misalnya, memperkirakan pertumbuhan ekonomi April-Juni 2021 sebesar 7,82% sementara Mirae Asset punya proyeksi di 6,75%.
Mari kita tengok satu per satu komponen pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran yang disebut Sri Mulyani. Pertama konsumsi rumah tangga.
Konsumsi rumah tangga, penyumbang lebih dari 50% dalam pembentukan PDB, memang hampir pasti bakal tumbuh tinggi pada kuartal II-2021. Ada beberapa indikator yang memberi konfirmasi akan hal itu.
Satu, Indeks Kepercayaan Konsumen pada April 2021 sudah menyentuh zona optimistis di atas 100, tepatnya 101,5. Ini menjadi yang pertama sejak April 2020.
IKK adalah salah satu indikator mula (leading indicator) yang berguna untuk 'menerawang' arah perekonomian ke depan. Jadi saat IKK positif, maka kemungkinan prospek ekonomi ke depan bakal cerah.
Pada Mei-Juni 2021, bukan tidak mungkin IKK terus bertahan di zona optimistis. Pasalnya, masyarakat semakin percaya diri mengarungi ekonomi karena berbagai 'keran' aktivitas yang sempat ditutup karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sudah dibuka secara bertahap. Selain itu, vaksinasi anti-virus corona juga semakin luas sehingga masyarakat lebih tenang dalam beraktivitas di luar rumah karena risiko terpapar virus menjadi lebih kecil.
Dua, masyarakat semakin berani untuk berbelanja. Bank Indonesia (BI) melaporkan rata-rata porsi penghasilan untu konsumsi (prospensity to consume) adalah 75,5% pada April 2021. Ini adalah yang tertinggi setidaknya sejak 2012.
Menariknya, hanya masyarakat dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta/bulan yang membukukan peningkatan konsumsi. Artinya, orang-orang kaya yang tadinya rajin menabung kini mulai berani berbelanja. Sudah keluar 'kandang'.
Tiga, impor barang konsumsi tumbuh semakin cepat. Pada April 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor barang konsumsi mencapai US$ 1,63 miliar, melonjak 34,11% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Nah, tiga data ini menunjukkan bahwa konsumsi sudah jauh membaik dibandingkan tahun lalu, saat pandemi sedang ganas-ganasnya dan aktivitas masyarakat begitu terbatas. Oleh karena itu, sah apabila kita berharap konsumsi rumah tangga akan tumbuh tinggi pada kuartal II-2021. Kalau konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi, maka ekonomi secara keseluruhan akan ikut terdongkrak.
Halaman Selanjutnya --> Investasi Ciamik, Ekspor Jangan Ditanya!
(aji/aji)