Alasan Sri Mulyani Yakin PDB Kuartal II-2021 Bisa 8,3%

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
24 May 2021 21:12
Menteri Keuangan Sri Mulyani (CNBC Indonesia/ Andi Shalini)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani (CNBC Indonesia/ Andi Shalini)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mempertanyakan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang meyakini pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II-2021 bisa tembus hingga 8,3%.

Anggota Komisi XI DPR Andreas Eddy Susetyo memandang bahwa jika melihat kondisi ekonomi saat ini, Indonesia masih jauh dari kata recovery atau pulih.

Pasalnya, selama empat kuartal di tahun 2020, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi. Oleh karena itu, yang sebetulnya terjadi pada ekonomi di Kuartal II-2021 adalah terjadinya rebound.

"Kita (proyeksi) bertumbuh di Kuartal II-2021 tinggi, tapi based yang sangat rendah (di Kuartal II-2020). Ini yang kita harapkan rebound, kalau dikatakan recovery itu sebetulnya belum," ujar Andreas saat melakukan rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (24/5/2021).

Pilihan kebijakan yang harus dilakukan pemerintah menurut Andreas serba dilematis dan harus menghadapi segala risiko agar pertumbuhan bisa tumbuh dengan cepat.

"APBN sudah kerja keras, namun kita harus digarisbawahi kontribusi APBN tidak lebih dari 9%. Yang harus didorong adalah konsumsi rumah tangga dan investasi. Dalam PEN ini belum dielaborasi," jelas Andreas.

Hal yang sama juga ditanyakan oleh Anggota Komisi XI DPR Jon Erizal. Jon mengatakan, pendongkrak pertumbuhan ekonomi RI adalah konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah investasi, ekspor, dan impor.

Sementara realisasi pertumbuhan ekonomi hingga Kuartal I-2021 kondisinya masih berat untuk mencapai positif.

"Tiba-tiba di Kuartal II-2021 lonjakannya sampai 7,1%. Bagaimana cara memperoleh lonjakan setinggi itu?," ujarnya.

Jon khawatir, demi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan itu malah bersumber dari utang.

"Kalau kejadiannya tumbuh seperti (proyeksi) kami, maksimal 3% sementara alokasi belanja pemerintah sudah 4,5% hingga 5,3%, delta itu ditutup dari utang. Karena enggak ada solusi lain, ini yang kami khawatirkan," ujarnya.

"Atau lebih keras lagi memotong anggaran yang sudah ditetapkan. Ini akan jadi suasana tidak kondusif, bagaimana strategi yang rasionalnya?," lanjut Jon Erizal menanyakan.

Sri Mulyani langsung merespon dari kedua pernyataan anggota DPR Komisi XI tersebut. Sri Mulyani membenarkan bahwa situasi yang akan terjadi pada Kuartal II-2021 adalah situasi rebound dan bukan recovery.

Kendati demikian, jika secara teknikal rebound ekonomi mencapai hingga ratusan persen, maka bisa juga disebut recovery. Saat ini semua mesin pertumbuhan ekonomi masih bergantung dari APBN.

"Kita mencoba katalistik dari APBN, namun risiko harus dipindahkan atau di belokan menuju ke netral atau ada optimisme, tergantung pada momentum juga. Ekonomi sudah mulai berdegup," jelas Sri Mulyani.

Masalahnya selama pandemi Covid-19 belum bisa teratasi, kelas menengah ke atas belum berani untuk melakukan konsumsi. Sehingga pemulihan ekonomi jadi tertahan.

"Jadi memang ini persoalannya, mulanya adalah covid dan akhirnya adalah covid. Kalau tidak diselesaikan, begitu punya daya beli, resiko tadi akan menjadi netral dan ekonomi akan tumbuh berjalan," jelasnya.

Sebelumnya, Sri Mulyani Indrawati memprediksi perekonomian Indonesia pada kuartal II-2021 bisa tumbuh hingga 8,3%. Ramalan ini melesat dibandingkan kuartal I-2021 yang masih negatif 0,74%.

"Proyeksi kami di kuartal II antara 7,1% sampai 8,3%," ujarnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI, DPR RI, Senin (24/5/2021).

Perekonomian kuartal II tumbuh melesat didorong oleh berbagai faktor penopang perekonomian yang mulai pulih dibandingkan dengan tahun dan kuartal sebelumnya. Terutama konsumsi rumah tangga yang sejak April hingga Mei dilihat semakin meningkat.

Secara detail, untuk kuartal II, konsumsi rumah tangga diprediksi di kisaran 6%-6,8% di periode. Sebelumnya di kuartal I, konsumsi masyarakat ini masih terkontraksi 2,2%.

Kemudian, konsumsi pemerintah diproyeksi tumbuh 8,1%-9,7% dan investasi diperkirakan tumbuh 9,4%-11,1%. Lalu ekspor diprediksi bisa tumbuh kisaran 14,9%-19,7% dan impor tumbuh 13%-19,7%.

Secara keseluruhan, Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi di tahun ini tumbuh 4,5% - 5,3%. Perkiraan ini juga lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang minus 2,1%.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular