
Alasan Sri Mulyani Yakin PDB Kuartal II-2021 Bisa 8,3%

Sri Mulyani langsung merespon dari kedua pernyataan anggota DPR Komisi XI tersebut. Sri Mulyani membenarkan bahwa situasi yang akan terjadi pada Kuartal II-2021 adalah situasi rebound dan bukan recovery.
Kendati demikian, jika secara teknikal rebound ekonomi mencapai hingga ratusan persen, maka bisa juga disebut recovery. Saat ini semua mesin pertumbuhan ekonomi masih bergantung dari APBN.
"Kita mencoba katalistik dari APBN, namun risiko harus dipindahkan atau di belokan menuju ke netral atau ada optimisme, tergantung pada momentum juga. Ekonomi sudah mulai berdegup," jelas Sri Mulyani.
Masalahnya selama pandemi Covid-19 belum bisa teratasi, kelas menengah ke atas belum berani untuk melakukan konsumsi. Sehingga pemulihan ekonomi jadi tertahan.
"Jadi memang ini persoalannya, mulanya adalah covid dan akhirnya adalah covid. Kalau tidak diselesaikan, begitu punya daya beli, resiko tadi akan menjadi netral dan ekonomi akan tumbuh berjalan," jelasnya.
Sebelumnya, Sri Mulyani Indrawati memprediksi perekonomian Indonesia pada kuartal II-2021 bisa tumbuh hingga 8,3%. Ramalan ini melesat dibandingkan kuartal I-2021 yang masih negatif 0,74%.
"Proyeksi kami di kuartal II antara 7,1% sampai 8,3%," ujarnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI, DPR RI, Senin (24/5/2021).
Perekonomian kuartal II tumbuh melesat didorong oleh berbagai faktor penopang perekonomian yang mulai pulih dibandingkan dengan tahun dan kuartal sebelumnya. Terutama konsumsi rumah tangga yang sejak April hingga Mei dilihat semakin meningkat.
Secara detail, untuk kuartal II, konsumsi rumah tangga diprediksi di kisaran 6%-6,8% di periode. Sebelumnya di kuartal I, konsumsi masyarakat ini masih terkontraksi 2,2%.
Kemudian, konsumsi pemerintah diproyeksi tumbuh 8,1%-9,7% dan investasi diperkirakan tumbuh 9,4%-11,1%. Lalu ekspor diprediksi bisa tumbuh kisaran 14,9%-19,7% dan impor tumbuh 13%-19,7%.
Secara keseluruhan, Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi di tahun ini tumbuh 4,5% - 5,3%. Perkiraan ini juga lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang minus 2,1%.
(roy/roy)[Gambas:Video CNBC]