
Alasan Sri Mulyani Yakin PDB Kuartal II-2021 Bisa 8,3%

Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mempertanyakan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang meyakini pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II-2021 bisa tembus hingga 8,3%.
Anggota Komisi XI DPR Andreas Eddy Susetyo memandang bahwa jika melihat kondisi ekonomi saat ini, Indonesia masih jauh dari kata recovery atau pulih.
Pasalnya, selama empat kuartal di tahun 2020, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi. Oleh karena itu, yang sebetulnya terjadi pada ekonomi di Kuartal II-2021 adalah terjadinya rebound.
"Kita (proyeksi) bertumbuh di Kuartal II-2021 tinggi, tapi based yang sangat rendah (di Kuartal II-2020). Ini yang kita harapkan rebound, kalau dikatakan recovery itu sebetulnya belum," ujar Andreas saat melakukan rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (24/5/2021).
Pilihan kebijakan yang harus dilakukan pemerintah menurut Andreas serba dilematis dan harus menghadapi segala risiko agar pertumbuhan bisa tumbuh dengan cepat.
"APBN sudah kerja keras, namun kita harus digarisbawahi kontribusi APBN tidak lebih dari 9%. Yang harus didorong adalah konsumsi rumah tangga dan investasi. Dalam PEN ini belum dielaborasi," jelas Andreas.
Hal yang sama juga ditanyakan oleh Anggota Komisi XI DPR Jon Erizal. Jon mengatakan, pendongkrak pertumbuhan ekonomi RI adalah konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah investasi, ekspor, dan impor.
Sementara realisasi pertumbuhan ekonomi hingga Kuartal I-2021 kondisinya masih berat untuk mencapai positif.
"Tiba-tiba di Kuartal II-2021 lonjakannya sampai 7,1%. Bagaimana cara memperoleh lonjakan setinggi itu?," ujarnya.
Jon khawatir, demi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan itu malah bersumber dari utang.
"Kalau kejadiannya tumbuh seperti (proyeksi) kami, maksimal 3% sementara alokasi belanja pemerintah sudah 4,5% hingga 5,3%, delta itu ditutup dari utang. Karena enggak ada solusi lain, ini yang kami khawatirkan," ujarnya.
"Atau lebih keras lagi memotong anggaran yang sudah ditetapkan. Ini akan jadi suasana tidak kondusif, bagaimana strategi yang rasionalnya?," lanjut Jon Erizal menanyakan.