Pertamina Agresif Cari Pendanaan Hingga Rp 648 T

Monica Wareza, CNBC Indonesia
20 May 2021 16:37
Pertamina (Dok.Pertamina)
Foto: Pertamina (Dok.Pertamina)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan energi pelat merah PT Pertamina (Persero) berencana untuk mencari pendanaan hingga lebih dari US$ 45 miliar atau Rp 648 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$) untuk biaya investasi hingga 2024 mendatang. Sumber pendanaan ini bisa bermacam sumber, mulai dari penerbitan instrumen utang hingga bermitra dengan berbagai pihak.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, nilai tersebut merupakan bagian dari rencana investasi perusahaan yang mencapai US$ 92 miliar atau Rp 1.324 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$) di periode 2020-2024.

"Kami juga menyadari dalam melakukan pengembangan bisnis ke depan ini memerlukan dana yang tidak kecil, jadi kalau dilihat 2020-2024 investasi Pertamina US$ 92 miliar total value-nya, di mana kita rencanakan US$ 45 miliar harus dari eksternal sources, baik kemitraan, loan atau bonds, ini ditangani di Holding," papar Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (20/5/2021).

Untuk diketahui, Pertamina saat ini menjajaki potensi kemitraan strategis investasi pada sektor energi bersama dengan Lembaga Pengelola Investasi Indonesia, Indonesia Investment Authority (INA). Rencana ini termasuk energi terbarukan yang dijalankan Pertamina. Kerja sama ini dilakukan untuk mewujudkan ketahanan energi dan menggerakkan ekonomi nasional.

Pjs Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, sepanjang 2020-2024, Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor energi sedang menjalankan 14 Proyek Strategis Nasional (PSN) dan 300 proyek investasi lainnya di sektor hulu, hilir dan energi bersih terbarukan dengan total anggaran hingga US$ 92 miliar.

Selain itu, terdapat beberapa rencana proyek strategis Pertamina dalam rangka unlock value untuk mengoptimalisasi nilai Pertamina Group. Adapun pendanaan untuk proyek tersebut berasal dari internal maupun eksternal.

Dia mengatakan, sebagian proyek-proyek tersebut berpeluang untuk mendapatkan pendanaan dari INA. Karenanya, dalam rangka mengeksplorasi lebih detail potensi kerja sama tersebut, kemarin, Rabu (19/05/2021) Pertamina dan INA menandatangani Perjanjian Kerahasiaan (Non-Disclosure Agreement/NDA).

Rencana investasi ini memang besar-besaran akan dilakukan oleh Pertamina. Perusahaan berencana investasi di bidang hulu migas mencapai sebesar US$ 64 miliar, di hilir seperti kilang BBM dan petrokimia sebesar US$ 20 miliar. Kemudian, di sisi investasi gas, pembangkit listrik, dan energi baru terbarukan (EBT) sebesar US$ 8 miliar.

Anggaran investasi ini akan lebih banyak digelontorkan di sektor hulu, yakni sebesar US$ 64 miliar atau sekitar Rp 896 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per US$). Persentase investasi di sektor hulu mencapai 69,5% dari total rencana investasi.

Hal ini pernah disampaikan oleh Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini. Dia menyebut dari sekitar US$ 64 miliar untuk hulu migas tersebut, sebesar US$ 45 miliar atau sekitar Rp 630 triliun akan dialokasikan untuk merger dan akuisisi, US$ 14 miliar untuk organik dan US$ 5 miliar untuk non organik.

Sebesar US$ 20 miliar atau sekitar 22% dari total investasi atau sekitar Rp 280 triliun akan dialokasikan untuk investasi bidang kilang bahan bakar minyak (BBM) dan petrokimia.

Selebihnya, US$ 8 miliar atau sekitar Rp 112 triliun akan dialokasikan untuk sektor gas, pembangkit listrik, dan energi baru terbarukan.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Bakal Investasi Rp 896 T di Hulu Migas sampai 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular