Jauh Dari Target, Baru 5% Penduduk RI yang Divaksin

dob, CNBC Indonesia
12 May 2021 18:45
Buruh Suntik Vaksin COVID-19 di Kemnaker. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Buruh Suntik Vaksin COVID-19 di Kemnaker. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan saat ini baru 5% penduduk Indonesia yang mendapatkan vaksin Covid-19 secara lengkap atau baru 8,8 juta orang. Jumlah tersebut masih sangat jauh dari target 181,5 juta penduduk yang akan divaksinasi hingga akhir tahun.

Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan jumlah vaksin yang telah disuntikkan baru sebanyak 22,5 juta dosis, di mana secara total 13,6 juta orang telah divaksin. Namun jumlah yang telah mendapatkan vaksin lengkap masih sangat rendah.

"Jumlah vaksinasi yang sudah dicapai untuk dosis 1 dan 2 sebanyak 22,5 juta dosis disuntikkan. 13,6 juta orang sudah mendapatkan vaksin covid. Artinya dengan target kita mencapai 181,5 juta ini artinya berbicara masih cukup perjalanan panjang. Yang sudah dosis lengkap efek proteksi baik bari 8,8 juta artinya baru 5% dari total sasaran kita," kata Nadia dalam media briefing virtual, Rabu (12/5/2021).

Kemenkes menyebutkan akan kembali melakukan percepatan laju vaksinasi setelah lebaran seiring dengan mulai kembali meningkatnya pasokan vaksin di Indonesia, setelah datangnya pasokan dari Sinovac dan AstraZeneca.

Langkah ini juga dilakukan untuk meningkatkan laju vaksinasi hingga satu juta dosis per hari seiring dengan meningkatnya kapasitas vaksinasi dan ketersediaan vaksin.

"Ini harus kita optimalkan agar supaya target capaian penyuntikan dosis per hari yaitu satu juta dosis per hari itu betul-betul bisa kita capai dan Juli dimana stok vaksin makin besar jumlahnya kemampuan itu juga kan meningkat seiring dengan ketersediaan vaksin. Sehingga target untuk kita menyelesaikan vaksinasi pada akhir 2021 dapat segera kita selesaikan," lanjutnya.

Dia juga menyebutkan angka efektivitas ini bahkan lebih tinggi dibanding dengan efikasi yang sudah terlebih dahulu dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang hanya sebesar 65%.

"Dari hasil kajian cepat ini kita bisa lihat di awal BPOM sudah mengeluarkan efikasi Sinovac itu 65% artinya risko tertular atau sakit itu hanya tinggal 40% lagi. Tapi dalam kajian cepat itu bisa memberikan efek proteksi sampai 95% untuk tidak menjadi sakit bahkan kalau dilihat yang membutuhkan perawatan dan kematian jauh lebih tinggi," terangnya di kesempatan yang sama.

"Kita ingatkan kembali pada waktunya dan tidak perlu memilih vaksin mana yang akan kita dapatkan dan tentunya saat divaksin untuk segera mendapat vaksinasi."


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setahun Pandemi Covid-19 RI Dalam Bidikan Lensa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular